Jakarta – Kompetisi dalam Pilpres 2019 mendatang, tampak semakin mengerucut, sejak Demokrat dan Gerindra dalam satu kubu yang sama. Pekerjaan besar selanjutnya bagi Demokrat dan Gerindra adalah meyakinkan mitra koalisi lainnya, PAN dan PKS, terkait calon presiden dan calon wakil presiden terbaik untuk koalisinya itu.
Hal ini penting lantaran PKS dan PAN selama ini sama-sama telah menyodorkan kader terbaiknya untuk mendampingi Prabowo sebagai capres. Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Manilka Research and Consulting, Herzaky Mahendra Putra mengatakan masuknya Demokrat membuat peluang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi cawapres Prabowo semakin menguat.
Herzaky menyebut ada tiga pertimbangan AHY berpotensi menjadi cawapres Prabowo. Yang pertama, karena di internal koalisi, Demokrat memiliki suara kedua terbanyak setelah Gerindra.
“Jadi, sangat wajar jika Demokrat meminta jatah cawapres,” kata Herzaky dalam keterangan persnya, Kamis (26/7/2018).
Faktor kedua, elektabilitas AHY selama ini menurut berbagai survei, menempati urutan teratas sebagai kandidat cawapres terbaik untuk Prabowo, bahkan Jokowi. Pastinya, Prabowo ingin didampingi oleh cawapres yang memiliki elektabilitas tinggi, agar dalam waktu yang terbatas, kerja mesin partai bisa lebih efektif dan efisien.
Di sisilain, jika memilih cawapres yang elektabilitasnya rendah, perlu kerja lebih keras dan tahapan lebih panjang mengingat mesin koalisi tentunya perlu waktu lebih untuk mengangkat elektabilitas cawapresnya terlebih dahulu.
Yang ketiga, captive market. Keberadaan AHY dinilai akan menambah captive market bagi Prabowo. Hal tersebut, mengingat AHY memiliki segmen pemilih yang berbeda daripada Prabowo. Terlebih lagi, kaum muda atau milenial sebagai segmen potensial pemilih AHY, memiliki jumlah cukup signifikan yang terdaftar sebagai pemilih di Pilpres 2019.
Meskipun AHY sepertinya merupakan pilihan terbaik untuk koalisi pendukung Prabowo saat ini, namun menurut Herzaky, proses penentuannya mesti dilakukan sesuai dengan mekanisme yang telah disepakati bersama oleh semua anggota koalisi.
“Jika tidak, mungkin saja koalisi pengusung Prabowo sebagai capres di Pilpres 2019 ini layu sebelum berkembang,” katanya.
(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)