Jakarta – Umar Patek, napi teroris Bom Bali I, mempunyai pandangan lain soal pelibatan perempuan dan anak dalam aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5/2018) dan di Mapolrestabes Surabaya pada Senin (14/5/2018).
“Kalau tentang itu, dari awal saya tidak mau (melibatkan anak kecil)” kata Umar Patek dalam program Mata Najwa yang disiarkan Trans7, Rabu (23/5/2018).
Umar juga menyampaikan rasa belasungkawanya kepada keluarga korban akibat sejumlah teror yang terjadi belakangan ini.
“Saya ingin menyampaikan belasungkawa kepada korban dan keluarga korban, baik itu yang terjadi di Mako Brimob maupun yang terjadi belakangan di Surabaya dan kota lainnya,” ucap Umar Patek.
Umar juga mengungkapkan bahwa ia sebenarnya tidak setuju dengan aksi Bom Bali I pada 2005.
“Saya tidak bersedia melakukan Bom Bali I. Namun saat itu saya diajak oleh sahabat saya, Abdul Matin, dan saya datang ke sana 95 persen pekerjaan sudah selesai. Hadir seorang Hisyam di Bom Bali I atau tidak ada, bom itu tetap akan terjadi,” ujarnya.
Umar juga kembali meminta maaf kepada para keluarga korban Bom Bali 1.
“Saya tidak segan-segan dan sungkan untuk berulang-ulang memohon maaf kepada seluruh keluarga korban dan korban juga yang terjadi atas Bom Bali I. Saya mohon maaf,” ujarnya.
Akibat keterlibatannya, Umar Patek divonis penjara 20 tahun dan kini menjalanan hukumannya di Lapas Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
(samsul arifin – www.harianindo.com)