Jakarta – Pada hari Minggu (13/5/2018) dan Senin (14/5/2018) lalu terjadi serangkaian aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya dan Mapolrestabes Surabaya.
Bagi mantan napi teroris yang pernah menjadi anggota Jamaah Islamiyah (JI), Ali Fauzi, hal ini sangat mengejutkan.
Menurut Ali Fauzi, Surabaya adalah tempat asal para teroris dibentuk, bukan tempat para teroris menjalankan aksi.
“Kebanyakan para teroris itu asalnya, kampungnya di Surabaya,” kata Ali, saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (17/5/2018).
Di lingkungan kelompok radikal, Surabaya dikenal sebagai tempat ‘reproduksi’, dimana para pelaku teror berasal atau pernah hidup di Surabaya. Namun para pelaku bom lebih memilih untuk melakukan aksinya di luar Surabaya.
“Dari 2002 sampai 2017 Surabaya tidak pernah tersentuh bom. 2000 itu pernah memang yang dapat kiriman. Tapi hanya itu saja,” kata Ali.
“Surabaya itu clear, sampai kemarin itu, rentetan bom akhirnya terjadi,” lanjutnya.
Karena itu, bagi Ali Fauzi, apa yang terjadi di Surabaya beberapa lalu adalah sebuah tragedi.
“Kenapa? Karena itu wilayah reproduksi yang akhirnya menjadi ladang aksi,” kata adik terpidana kasus bom Bali I, Ali Imran (seumur hidup), serta Amrozi dan Ali Ghufron (sudah dieksekusi mati).
(samsul arifin – www.harianindo.com)