Harian IndoJakarta – Irjen Pol Anton Charliyan ikut ungkapkan penilaiannya bahwa kejadian teror beruntun yang terjadi di Mako Brimob serta tiga gereja di Surabaya, merupakan gerakan radikalisme dan terorisme, bukan gerakan agama.
Saat melakuakn doa bersama di Bekasi, dirinya mengungkapkan jika “Karena kalau pahamnya sudah benar, tidak mungkin akan terjadi gerakan radikalisme. Jadi pahamnya dulu yang harus diluruskan,”
Namun, tak berhenti sampai disitu, Anton menilai akar-akar paham terorisme yang terlanjur tumbuh dan tidak bisa diluruskan dengan sosialisasi, kemungkinan akan tetap ada.
“Dan di sini Polri juga dibantu TNI, harus lebih dekat, harus hadir di tengah-tengah masyarakat, sehingga mereka merasa terlindungi,” ujar Anton.
“Tidak cukup hanya TNI dan Polri, tapi harus gerakan semangat dari seluruh masyarakat Indonesia. Karena gerakan ini bukan tersistem lagi, tapi sudah sangat tersistem. Tapi gerakannya adalah gerakan bawah tanah. Saya tahu persis, karena saya mantan anggota kepolisian juga,” lanjutnya.
“Kita belajar sejarah, tapi tidak pernah belajar dari sejarah. Ini terbukti yang terjadi di Timur Tengah, baik di Iran, Afganistan dan Suriah. Dan link ini ada ke dalam link tersebut. Bahkan saya sudah diingatkan oleh salah satu ulama internasional dari Libanon, bahwa gerakan ini sudah masuk ke Indonesia,” ungkapnya.
(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)
