Jakarta – Hingga saat ini, siapa calon wakil presiden yang akan mendampingi Jokowi untuk maju di Pilpres 2019 mendatang belum ditentukan, meski banyak nama yang bersliweran di berbagai media dan perbincangan politik.
Menurut pengamat politik dari Indonesia Public Institute (IPI) Jerry Massie, ada beberapa nama tokoh muda yang bisa dijadikan pilihan bagi Jokowi dan partai-partai pengusungnya.
Yang paling berpeluang menurut Jerry adalah adalah Ketua Umum Partai Persatuan Pembangaunan (PPP) Muhammad Romahurmuziy (Rommy).
“Peluang Jokowi memilih Rommy lebih besar, apalagi sejauh ini (melihat) kedekatan dengan Jokowi. Tapi harus melalui mekanisme partai pengusung,” tutur Jerry, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (28/4/2018).
“Jika yang dipilih Jokowi tokoh muda yang energik, PPP adalah partai besar. Pasalnya sejak 1977 hanya ada 3 partai Golkar, PDIP dan satunya PPP. Nama PPP meroket saat Hamzah Haz jadi Wapres,” lanjutnya.
Dengan memilih Rommy yang berasal dari latar belakang Islam dan santri, Jokowi juga dinilai akan lebih mudah menghadapi kelompok radikal dan intoleran yang banyak menyerangnya.
“Rommy adalah rising star muda Indonesia yang smart dan energik. Apalagi dia berlatar belakang teknokrat ditambah pengalaman di sejumlah perusahaan dan pernah menjabat tenaga ahli di sejumlah kementerian,” ujar Jerry.
Nama kedua yaitu putra sulung mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Posisi AHY yang didukung oleh Partai Demokrat dan pernah maju di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu tidak bisa dipandang sebelah mata.
“SBY adalah cikal bakal kesuksesan Agus di dunia politik. Keuntungan AHY adalah figur bersih dan belum terkontaminasi dan punya kedekatan dengan putra Jokowi. Dia juga didukung Demokrat dengan 61 kursi di DPR dan juga dua periode SBY (sebagai) presiden, maka AHY saya prediksi akan memberi ancaman pada Pilpres 2024, peluang presiden setelah Jokowi cukup besar,” beber Jerry.
Sedangkan tokoh muda lainnya yakni Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto.
Namun demikian, Airlangga dinilai tidak cepat bergerak dan cenderung diam, meski didukung oleh kekuatan besar Golkar yang memiliki 91 kursi di DPR.
“Bisa saja jika Airlangga belum bergerak maka tiketnya bisa hilang. Harus ada komunikasi intens dengan tim Jokowi seperti ketua-ketua relawan dan juga PDIP serta orang dekat Jokowi,” jelas Jerry.
Nama lainnya yang juga tidak bisa dikesampingkan yakni Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Belakangan, Cak Imin bahkan telah mendeklarasikan diri sebagai calon wakil presiden mendampingi Jokowi.
Kekuatan Nahdlatul Ulama (NU) yang berada di belakang Cak Imin menjadi modal besar untuk mendongkrak elektabilitas Jokowi, di samping 47 kursi yang dimiliki PKB di DPR.
“Ini adalah langkah yang smart menunjukkan Cak Imin memang siap dan serius untuk maju di Pilpres, bukan hanya isapan jempol. PKB punya basis massa di Jatim yang besar, di sana hampir 30 juta pemilih di bawah Jabar 33 juta, dengan 20 kursi di DPRD, dari 196,5 juta pemilih di Indonesia, ditambah lagi dukungan dari HMI,” ujar Jerry.
(samsul arifin – www.harianindo.com)