Jakarta – KH Tengku Zulkarnain selaku Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) kali ini secara mengejutkan menuntut Kapolri Jendral Tito Karnavian untuk meminta maaf kepada umat Islam.
Sesuai dengan tuntutannya yang ia ungkapkan di Facebook, ternyata hal ini bersumber dari pidato Tito yang disebutnya rawan memicu konflik.
Saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, dirinya mengatakan bahwa “Benar itu saya yang menuliskan langsung dengan tangan saya,”
“Yang saya nilai provokatif, tidak mendidik, buta sejarah, tidak berkeadilan, dan rawan memicu konflik,” sambungnya.
Seperti yang telah diketahui, dirinya diketahui menulis tuntutan berupa surat terbuka di akun media sosial Facebook yang ia unggah kemarin Senin pukul 16.54 WIB.
Dalam unggahan tersebut terdapat sebuah video pidato dari Jenderal Tito yang akhirnya membuat Zulkarnain berang dan mengecam pernyataan Kapolri mengenai perkataannya yang berisi Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah merupakan dua ormas pendiri bangsa Indonesia. Sementara ormas Islam lainya justru ingin meruntuhkan Negara Kesatuan Republil Indonesia (NKRI).
“Nampaknya, bapak Kapolri sangat perlu belajar lagi tentang sejarah pergerakan dan perjuangan Indonesia. Sikap dan pengetahuan anda tentang hal ini sangat mengecewakan,” tulisnya.
“Apa Pak Kapolri pikir jika saat itu hanya NU di Jawa Timur, dan Muhammadiyah di Yogjakarta dan sekitarnya yang berjuang memerdekakan NKRI, sementara wilayah Aceh sampai Maluku Ulama dan Umat Islam berpangku tangan tidak ikut berjuang, Kemerdekaan Indonesia dapat tercapai,” sesalnya.
Zulkarnain menegaskan bahwa semua ormas yang ada di NKRI mempunyai hak dan kewajiban yang sama, menurutnya pernyataan Kapolri ini adalah kebijakan memecah belah umat yang sangat tidak manusiawi.
(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)