Jakarta – Pada Selasa, (2/12/2017), kebersamaan yang ditunjukkan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) ketika meresmikan kereta bandara, dipenuhi makna tersendiri. Salah seorang Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lili Romli mengungkapkan bahwa kebersamaan itu bisa dimaknai berbagai macam.
“Bisa dimaknai karena memang untuk maju dalam pilpres (pemilihan presiden). Pak Jokowi kan belum ada pendampingnya karena tak mungkin sama Pak Jusuf Kalla lagi,” kata Lili, dalam keterangan tertulis, Rabu, 3 Desember 2017.
Menurut Lili, kebersamaan tersebut juga bisa dimaknai sebagai penjajakan. Ia mengungkapkan, dua partai berbasis Islam, PKS, dan PAN sudah jelas akan memberikan dukungannya kepada Prabowo Subianto. Lantas, PPP masih dihadapkan dengan masalah internal. Dan satu-satunya partai berbasis Islam yang paling memungkinkan untuk dirangkul Jokowi adalah PKB yang saat ini masih solid.
“Dan itu wajar dilakukan Jokowi karena memang harus mendekati semua tokoh. Apalagi, Muhaimin salah satu tokoh partai berbasis Islam yang selama ini berkoalisi dengan pemerintah,” ucapnya.
“Daripada khawatir dia (Cak Imin) menyeberang ke tempat lain, maka Jokowi merangkulnya. Bisa juga dalam konteks mempromosikan,” katanya.
Sosok seorang Cak Imin dilihatnya cukup pantas untuk mendampingi Jokowi. Hal tersebut lantaran, menurutnya, Cak Imin memiliki pengalaman politik yang panjang. Ia pernah menjadi pimpinan DPR termuda dan menteri di era Susilo Bambang Yudhoyono.
“Dia juga tokoh yang diterima banyak kekuatan Islam karena dianggap pluralis. Basis dukungan Islam ini penting untuk mengurangi tensi politik identitas dan isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan),” kata Lili.
(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)