New York – Pelaku yang diidentifikasi sebagai warga Bangladesh bernama Akayed Ullah (27 tahun) meledakkan bom pipa buatan sendiri yang diikat ke tubuhnya di sebuah lorong kereta bawah tanah dekat Times Square, New York, Senin (11/12/2017). Dia sendiri menderita luka berat dan tiga orang lain menderita luka ringan.
Akayed Ullah kemudian ditangkap polisi. Dalam pemeriksaan dia mengaku sebagai simpatisan ISIS dan mengatakan peledakan bom itu adalah balasan atas serangan udara AS terhadap ISIS di Suriah dan Irak. Tapi bom rakitannya gagal meledak secara total karena kesalahan konstruksi, kata polisi.
Baca juga: China-Rusia Selenggarakan Latihan Simulasi Komputer Anti Misil
Presiden Donald Trump menggunakan insiden itu untuk kembali mengeritik kebijakan imigrasi AS yang dianggapnya terlalu longgar. “Serangan massal hari ini di New York City – serangan teror kedua di New York dalam dua bulan terakhir – sekali lagi menyoroti kebutuhan mendesak bagi Kongres untuk memberlakukan reformasi legislatif untuk melindungi rakyat Amerika,” kata Donald Trump dalam sebuah pernyataan dan menuntut aturan imigrasi yang lebih ketat.
“Untung bagi kita, bom tersebut hanya sebagian meledak,” kata Gubernur New York Andrew Cuomo. “Jadi tidak sepenuhnya memiliki efek yang dia harapkan.”
Cuomo mengatakan, pelaku bukan bagian dari “jaringan canggih” namun tampaknya telah “terpengaruh” oleh ISIS atau kelompok ekstremis lainnya. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)