Harian IndoJakarta – Penyebaran penyakit difteri di Indonesia pada tahun 2017 ini cukup memprihatinkan. Dari data yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan RI terdapat 600 kasus difteri yang dirawat di 20 provinsi sepanjang Januari sampai Desember 2017.
Angka ini tentu saja belum termasuk dari kejadian difteri yang ada di daerah-daerah.
Menurut Kepala Divisi Infeksi Tropis Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Djatnika Setiabudi, pasien yang menderita difteri sebaiknya diisolasi selama kurang lebih tiga minggu agar tidak menyebarkan bakteri kepada orang lain.
Bila di suatu tempat terdapat kasus difteri, petugas dari Dinas Kesehatan akan memeriksa asal dari bakteri yang menjangkiti. Apakah berasal ydari rumah pasien, sekolah, teman, atau dari tempat lainnya.
“Setelah pemeriksaan pada orang terdekat pasien, petugas kesehatan (terdekat dari lokasi tempat tinggal pasien) juga akan memberikan obat antibiotik pencegahan dan memantau selama tujuh hari,” ujar Djatnika melalui sambungan telepon, Selasa (12/12/2017).
Selain kondisi ketahanan tubuh seseorang, penyebaran bakteri difteri juga dipengaruhi oleh kebersihan dari lingkungan.
“Difteri senang hidup di udara lembab,” kata Djatnika.
Karena itu, imunisasi DTP (difteri, tetanus, dan pertusis) harus diberikan kepada anak-anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit ini bisa lebih baik.
Selain anak-anak, orang dewasa juga perlu melakukan imunisasi difteri berjangka yang biasanya dilakukan tiap 10 tahun.
“Kalau dewasa sebaiknya 10 tahun sekali disuntik difteri, supaya tubuh lebih kebal dari bakteri ini,” tandasnya.
(samsul arifin – www.harianindo.com)
