Singapura – Otoritas Singapura akhirnya mengungkap latar belakang peristiwa tabrakan yang melibatkan dua kereta di stasiun mass rapid transit (MRT) Joo Koon pada Rabu (15/11/2017) pagi.
Dalam jumpa pers yang diadakan Rabu sore, diketahui tidak berfungsinya sistem perlindungan perangkat lunak menjadi faktor penyebab kereta SMRT menabrak kereta lain di depannya. Sebagai dampak kecelakaan tersebut, sebanyak 28 orang terluka dan mesti dibawa ke rumah sakit.
Wakil Presiden Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Otoritas Transportasi Darat Singapura (LTA) LTA Chua Chong Kheng mengatakan, temuan awal menunjukkan bahwa kereta pertama berada d di depan, meninggalkan Ulu Pandan dengan fitur perlindungan perangkat lunak yang “secara tidak sengaja terhapus” ketika melewati sebuah sirkuit sinyal yang salah.
“Kereta ini kemudian sampai di stasiun Joo Koon tanpa fitur tersebut,” ungkap Chua.
“Hal ini mengakibatkan kereta memberi profil sinyal yang salah, dari harusnya kereta enam rangkaian menjadi hanya tiga. Akibatnya, kereta kedua (belakang) mendeteksi kereta pertama sebagai kereta tiga rangkaian dan salah menilai jarak antara keduanya sehingga terjadilah tabrakan,” paparnya.
Chua menambahkan, sebagai tindakan pencegahan, operasinal MRT dari Joo Koon ke Tuas Link akan ditiadakan sepanjang hari pada Kamis (16/11/2017).
Layanan bus akan disediakan sebagai alternatif warga yang terdampak penghentian operasional jalur itu esok hari. Ke depannya, kereta akan melalui lapisan kontrol tambahan dan juga pemeriksaan manual sebelum beroperasi.
Wakil Presiden Senior SMRT Jalur Timur-Barat Alvin Kek menambahkan, pengemudi MRT bakal diinstruksikan agar lebih waspada dan ekstra waspada, meskipun kereta memiliki fitur otomatis.
Dia turut mengatakan, SMRT akan meningkatkan jeda kedatangan antarkereta jalur Timur-Barat. Jika sebelumnya dengan interval 2 menit maka diubah menjadi 2,5 hingga 3 menit. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)