Washington – Otoritas Mogadishu mengungkapkan, pelaku bom akhir pekan lalu merupakan mantan militer Somalia. Hasil investigasi pelaku menyimpan dendam atas operasi militer Amerika pada Agustus kemarin.
Hasil investigasi, kampung halaman mantan tentara Somalia itu diserbu secara kontroversial oleh militer Amerika pada Agustus lalu. Penyerangan yang juga dibantu tentara lokal itu kemudian menewaskan 10 warga sipil.
“Kepala suku dari lokasi yang diserbu itu lantas menyatakan balas dendam dengan pemerintah Somalia dan sekutunya,” kata otoritas Somalia sebagaimana diberitakan The Guardian pada Rabu (18/10/2017).
Seperti diketahui, bom yang dimuat dalam truk meledak di Mogadishu, ibukota Somalia. Letupan tersebut menewaskan 300 warga dan melukai 300 warga lainnya. Sekitar 100 orang juga masih dinyatakan hilang akibat peristiwa tersebut.
Presiden Somalia, Mohamed Abdullahi Mohamed Farmaajo lantas menuding kelompok teroris Al-Shabab sebagai dalang peristiwa tersebut. Al-Shabaab lantas menampik keterlibatannya dalam peristiwa naas tersebut. Kendati, salah seorang anggota yang ditahan aparat mengatakan sebaliknya.
Lebih jauh, tim investigasi juga menemukan target yang diincar pelaku sebenarnya adalah kompleks bandara yang dijaga ketat di Mogadishu. Di lokasi tersebut terdapat PBB, keduataan besar dan markas pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika.
Pelaku rencananya meledakan kompleks lokasi tersebut menggunakan dua kendaraan, Toyota Noah minivan dan sebuah truk lebih besar yang berisi 350 kg bahan peledak kelas militer buatan sendiri.
Penyidik mengatakan, bom yang lebih kecil ditujukan meledak di pintu masuk Medina Gate yang dijaga ketat. Itu untuk membuka jalan bagi truk agar bisa masuk ke kompleks bandara tersebut. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)