Harian IndoJakarta – Menjamurnya taksi online di DKI Jakarta dengan kemudahan dan tarif yang lebih murah membuat banyak perusahaan taksi konvensional berguguran.
Menurut catatan Ketua Umum Organda DKI Jakarta, Safruan Sinungan, sejak adanya taksi online, perusahaan taksi konvensional yang tadinya berjumlah 32, namun kini hanya tinggal 4 perusahaan saja.
“Perusahaan taksi di Jakarta ada 32 perusahaan, sekarang yang beroperasi tinggal 4, itu Blue Bird, Express, Gamya, Taxiku. Kalau Sri Medali yang beroperasi cuma 5 armada enggak usah dihitunglah,” tutur Safruan Sinungan, Minggu (8/10/2017).
Persaingan dalam hal menentukan tarif inilah yang membuat taksi konvensioanl tidak dapat bertahan karena taksi umumnya menggunakan UU 22 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2014 sebagai patokan menentukan tarif.
“Organda sebut ini ilegal karena tidak berizin, dia tentukan tarif sendiri dan tarifnya enggak masuk akal dalam hitungan bisnis. Pertanyaannya apakah punya kewenangan perusahaan IT menentukan tarif, sementara UU jelas tarif ditentukan perusahaan angkutan umum setelah dapat persetujuan pemerintah,” imbuhnya.
Keadaan ini sebenarnya telah lama diprediksi sejak tiga tahun lalu sejak munculnya aplikasi transportasi berbasis online.
“Sebenarnya ini situasi yang paling sangat menyedihkan. Tapi ini sudah terprediksi dari 2014,” tandas Safruan.
(samsul arifin – www.harianindo.com)
