Jakarta – Mempercantik penampilan kuku memang kerap dilakukan oleh sebagian besar wanita. Apalagi kini cat kuku hadir dengan ragam warna yang bisa membuat para wanita merasa jatuh cinta melihatnya.
Namun, tahukah Anda bila ada bahaya yang mengintai di balik penggunaan cat kuku atau kerap dikenal dengan kuteks ini?
Sebagaimana diberitakan IbTimes pada Jumat (6/10/2017), terdapat sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari Duke University and Environmental-Working Group. Mereka menemukan adanya senyawa berbahaya yang dinamakan diphenyl phosphate (DPHP).
Senyawa tersebut terkandung dalam cat kuku dan bisa meresap ke dalam tubuh. Senyawa DPHP terbentuk saat tubuh melakukan metabolism senyawa kimia bernama triphenyl phosphate (TPP).
Para ilmuwan meyakini TPP bisa mengganggu hormon pada manusia atau pun hewan. Pada manusia, kandungan DPHP bisa menyebabkan masalah pada hormon seksual, endokrin, dan mengganggu metabolism lipid. Pada cat kuku, TPP digunakan untuk membuatnya lebih tahan api dan juga untuk meningkatkan daya rekat.
Para peneliti pun melakukan tes terhadap urin responden sebelum dan sesudah menggunakan kuteks. Hasilnya, setelah 10-14 jam penggunaan kuteks, tingkat DPHP responden meningkat tujuh kali lipat dibanding sebelum pemakaian. DPHP semakin meningkat dan mencapai puncaknya sekira 20 jam setelah pemakaian.
Jadi, meski botol kuteks tertulis ‘toxic free’, namun tak sepenuhnya menjamin keamanan kuteks, ladies. Banyak cat kuku yang beredar di pasaran yang dilakukan pengujian dalam laporan tersebut mengandung toksin toluene. Zat tersebut dapat menyebabkan cacat lahir dan masalah perkembangan pada anak-anak dan wanita hamil yang terpapar secara signifikan pada periode waktu tertentu.
“Hal yang perlu diperhatikan adalah kita tak bisa percaya label pada produk-produk kuteks di salon yang mengllaim bahwa kuteks bebas racun kimia,” ujar ilmuwan senior Environmental Working Group, Rebecca Sutton. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)