Harian IndoJakarta – Kabar mengejutkan datang dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada 2015 yang membeberkan hasil riset mereka dimana rendahnya penguasaan Matematika pelajar Indonesia.
Rahmah Zulaiha selaku peneliti Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Litbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bahwa “Siswa harus dibiasakan berlatih soal-soal non-rutin, belajar dengan alat- alat peraga, lalu guru mengembangkan metode pembelajaran serta penilaian bernalar,”
Jika membahas mengenai peningkatan kualitas pendidikan, Indonesia seyogyanya dapat berkaca pada Finlandia. Negara itu dipandang sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.
Keunggulan pendidikan Finlandia antara lain tercermin dari tingginya kualitas tenaga pengajar dan pola pengajaran kontekstual oleh guru.
Sedangkan The Independent pernah mengabarkan beberapa tahun lalu bahwa Finlandia segera mengubah konsep pengajaran menjadi metode kontekstual pada 2020 mendatang. Itu berarti tak ada lagi pengajaran berdasarkan subjek pelajaran, baik Matematika, Fisika, Kimia, maupun lainnya.
Liisa Pohjolainen selaku pejabat Otoritas Pendidikan Finlandia sudah membeberkan bahwa “Kondisi tersebut merupakan perubahan besar bagi pendidikan Finlandia,”
Pendekatan kontekstual itu memudahkan siswa dalam memahami suatu peristiwa maupun fenomena tertentu.
Misalnya, materi tentang cikal-bakal benua Eropa. Guru di Finlandia tak akan mengajar terfokus pada fakta sejarahnya saja, tetapi juga dihubungkan dengan aspek lainnya seperti hitungan jarak satu negara dengan negara lain, negara mana yang penduduknya paling banyak, dan lain-lain.
(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)
