Jakarta – Minuman ringan, atau dikenal pula dengan nama soft drink, telah diketahui memiliki sejumlah efek negatif terhadap tubuh. Studi terbaru mengatakan bahwa minuman yang nikmat dikonsumsi saat santai ini ternyata berpotensi merusak jantung.
“Gula yang ditambahkan dalam soda, minuman buah kemasan, teh kemasan dan minuman energi bisa meningkatkan risiko serangan jantung, penyakit jantung dan stroke,” ujar Vasanti Malik, ahli nutrisi dari Harvard’s T.H. Chan School of Public Health in Boston, Amerika Serikat.
Sebagaimana diberitakan Health pada Senin (11/9/2017), mengkonsumsi satu atau dua botol (atau kaleng serta jenis kemasan lainnya) minuman ringan setiap hari, dapat meningkatkan resiko serangan jantung, atau penyakit jantung yang bersifat fatal sebesar 35 persen. Selain itu, resiko penyakit lain pun ikut meningkat, seperti stroke sebesar 16 persen, dan diabetes tipe 2 sebesar 26 persen.
Studi teranyar ini telah dipublikasikan dalam Journal of American College of Cardiology pada Senin, 28 September 2015, kemarin. Ahli diet klinis di Joe DiMaggio Childrens Hospital Florida, Marina Chaparro, studi terhadap minuman ringan ini merupakan salah satu bagian dari fokus studi mengenai pemicu penyakit jantung.
Chaparro menjelaskan, sebelumnya, diet untuk menghindari penyakit jantung hanya berfokus pada makanan rendah lemak, serta usaha lainnya untuk mengurangi lemak jahat dan kolesterol dalam tubuh. Bahaya dari soft drink seringkali terlupakan.
“Sebelumnya, semua (studi) terfokus pada makanan rendah lemak, dan usaha untuk mengurangi lemak dan kolesterol. “Pedoman diet yang beredar di pasaran hanya terfokus pada gula tambahan, kolesterol dan lemak. Mereka memang penting, tetapi dampak dari gula sekarang jauh lebih besar,” terang Chaparro.
Menurut para ahli, pelaku utama dari ancaman ini adalah gula sintetis yang terkandung dalam soft drink. Gula sintetis yang terkandung di dalam minuman ringan mengandung glukosa dan fruktosa dalam konsentrasi tinggi, meskipun rasa yang dihasilkan tidak terlalu manis.
Glukosa disebut menjadi pemicu diabetes tipe 2, sementara fruktosa menjadi penyebab peningkatan kolesterol jahat dalam darah. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)