Suriah – Seorang remaja berusia 11 tahun bernama Hatf Saiful Rasul pernah berkata kepada ayahnya yang bernama Syaiful Anam bahwa Hatf ingin meninggalkan sekolah dan pergi ke Suriah untuk memperjuangkan Negara Islam.
Hal itu disampikan Haft ketika dirinya mengunjungi ayahnya yang berada di penjara saat Hatf tengah beristirahat dari kegiatan belajar di Pesantren Ibnu Mas’ud. Syaiful Anam merupakan ayah Hatf dan seorang militan Islam yang sudah dijatuhi pidana.
“Awalnya saya tidak meresponnya dan menganggap hal itu hanya sebuah lelucon dari seorang anak. Tapi hal tersebut menjadi berbeda ketika Hatf menyatakan kesediaannya secara berulang kali,” kata Anam secara tertulis kepada media, Sabtu (09/09/2017).
Dalam tulisannya, Anam juga mengatakan bahwa Hatf pernah bercerita tentang beberapa teman dan guru dari Ibnu Mas’ud yang telah pergi untuk memperjuangan Negara Islam dan ‘menjadi syahid disana’.
Anam akhirnya setuju untuk membiarkannya pergi dan Hatf pergi ke Suriah bersama dengan sekelompok kerabat pada tahun 2015 dan bergabung dengan sekelompok pejuang dari Perancis.
Hatf adalah salah satu dari sekurang-kurangnya 12 orang yang berasal dari Pesantren Ibnu Mas’ud yang pergi ke Timur Tengah untuk memperjuangkan berdirinya Negara Islam. Dia berusaha untuk pergi ke sana antara tahun 2013 dan 2014.
Baca juga : Ada Belasan Guru di Pesantren Ini Gabung ISIS
Dilansir dari Reuters, Anam mengatakan lewat tulisannya bahwa dirinya merasa bangga dengan anaknya. Bahkan ada sebuah foto Hatf yang menurut Anam diambil di Suriah dan di posting di media sosialnya.
Dalam foto tersebut nampak Hatf yang masih seorang anak laki-laki sedang makan dengan seorang pria yang lebih tinggi dan seorang anak muda yang berwajah segar sambil memegang senapan AK-47 yang berukuran sebesar dirinya.
Anam juga menuliskan bahwa Hatf bisa membongkar senapan dalam hitungan 32 detik. Hatf juga mengeluarkan pistol 9 mm, 2 granat tangan, pisau komando dan kompas.
Anam juga pernah mendapatkan kabar bawa Hatf pernah selamat dari sebuah serangan udara dan akibatnya telinga Haft berdarah dan mengalami gangguan pendengaran.
Kemudian pada tanggal 1 September 2016 lalu, dimana dua bulan setelah ulang tahunnya yang ke 13 tahun, Hatf kembali terkena serangan udara yang lainnya. Tak lama berselang, ISIS mengumumkan kematian tiga orang Indonesia di dekat Kota Jarabulus di Suriah.
“Mujahid kecil yang bahagia. Tubuh kecilnya yang compang camping hancur oleh bom,” tulis Anam.
“Saya tidak merasa sedih atau kehilangan, kecuali kesedihan yang terbatas seperti ayah yang ditinggalkan oleh anak tercintanya. Sebaliknya, saya merasa bahagia karena anak saya telah mencapai kesyahidan, Insya Allah,” sambung tulisan Anam.
(Muspri-www.harianindo.com)