Agam – Produksi dari sebagian nelayan ikan kering di pesisir Pantai Tiku, Agam, Sumbar untuk sementara berhenti karena melonjaknya harga garam. Apabila dibandingkan dengan tiga bulan lalu, kenaikan harga garam akhir Juli ini mencapai 500 persen. Harga bahan baku utama untuk pengeringan ikan tersebut dirasakan semakin tidak masuk akal.
Para nelayan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) pengolahan ikan kering semakin mengeluhkan kian melambungnya harga garam. Selisih kenaikan dirasakan amat tinggi.
Tiga bulan sebelumnya, nelayan membeli garam seharga Rp 1.500 per kilo atau sekarung isi 50 kilogram dapat didapatkan seharga Rp 75 ribu.
Harga tersebut terus mengalami kenaikan. Sebulan lalu, dikabarkan harga per kilogram mencapai Rp 5 ribu atau Rp 250 ribu per karung.
Kenaikan harga mencapai 300 persen. Parahnya, akhir Juli ini harga garam mencapai Rp 400 ribu per karung. Kenaikan dirasakan nelayan telah mencapai 500 persen.
”Itu pun harga eceran saat kami beli di Padang. Jika kami beli di Tiku, harganya naik lagi sekitar Rp 20 ribu sekarung,” ujar nelayan pengolah ikan yang juga mantan Jorong Pasia Tiku, Zawirman, Kamis (27/7/2017).
Baca juga: Sandiaga Uno Minta Pengusaha Muda Jangan Menjadi Politisi
Zawirman melanjutkan, kenaikan tersebut menyebabkan sejumlah rekannya berhenti produksi. Jikalau ada pun, yang terus berproduksi, jumlah produksi ikan kering nelayan tak sebanyak hari biasanya. Di Pantai Tiku saja, terdapat sekitar 50 nelayan yang menggantungkan hidupnya dari ketersediaan garam. (Yayan – www.harianindo.com)