Pengamat Kecewa Ada Pernyataan Boikot Pilpres 2019 Dari Gerindra

Jakarta – Pengamat komunikasi politik Hendri Satrio mengaku kecewa pernyataan Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono, yang menyerukan untuk memboikot Pilpres) 2019. Hal itu terkait dengan presidential threshold (PT) atau ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 hingga 25 persen.

“Ini patut disesalkan, sebab pernyataan itu bukan pendidikan politik yang baik buat rakyat,” kata Hendri pada awak media, Sabtu (22/7/2017).

Selain itu, Hendri mengatakan, pernyataan tersebut seperti menggambarkan Gerindra telah menyerah terlebih dahulu untuk menghadapi Pilpres 2019. “Pernyataan ini seperti ungkapan menyerah sebelum bertanding dari Gerindra. Mungkin ada maksud lain dari pernyataan ini,” tukasnya.

Hendri lantas menduga, Pilpres 2019 tidak hanya diikuti oleh satu calon saja. Sebab, menurut dia, masih ada peluang bagi calon lain untuk maju dalam Pilpres 2019.

“Jokowi memang diunggulkan tapi saya menilai masih ada peluang bagi calon lain, sebab, hitungan hasil 2014 belum tentu sama dengan 2019,” ucap Hendri.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono mengajak warga negara Indonesia untuk memboikot Pilpres 2019. Pasalnya, keputusan PT sebesar 20 hingga 25 persen bertujuan untuk menjadikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon tunggal dalam Pilpres 2019.

PT sebesar 20 persen dari kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional adalah salah satu hasil keputusan rapat paripurna pengesahan Rancangan Undang-Undang Pemilu oleh DPR.

Baca juga: Polisi Berhasil Gagalkan Penyelundupan 1 Ton Sabu, Ini Kata Presiden Jokowi

“Karena itu, saya serukan pada rakyat Indonesia untuk melakukan boikot Pilpres 2019,” tegas Arief. (Yayan – www.harianindo.com)