Iligan – Konflik antara tentara Filipina dengan milisi Maute yang berafiliasi dengan ISIS di Kota Marawi, Mindanao, hingga kini belum ada tanda-tanda akan berakhir.
Bahkan kini Kota Marawi menjadi reruntuhan seperti Irak dan Suriah akibat serangan darat dan udara yang dilakukan oleh militer Filipina dengan dibantu oleh pihak Amerika Serikat.
Secara khusus, Presiden Filipina Rodrigo Duterte kemudian meminta maaf karena terpaksa menghancurkan Kota Marawi hingga menjadi reruntuhan untuk menghancurkan kekuatan milisi.
“Saya sangat, sangat, sangat menyesal bahwa ini terjadi. Semoga segera Anda akan segera menemukan kata maaf di dalam hati Anda untuk tentara dan pemerintahan saya, dan bahkan untuk saya,” kata Duterte dalam pidatonya di sebuah pusat evakuasi di Iligan, dekat Kota Marawi, Selasa (20/6/2017).
Iligan memang dijadikan sebagai tempat penampungan bagi warga sipil yang berhasil melarikan diri dari kepungan teroris di Marawi.
Konflik tersebut berawal ketika ratusan orang milisi dengan mengibarkan bendera ISIS menyerang Marawi pada 23 Mei 2017 lalu. Mereka membakar kota dan menyerang warga, khususnya yang beragama Kristen.
Presiden Duterte lantas memberlakukan darurat militer di wilayah Mindanao Selatan dan mengirimkan pasukan ke wilayah tersebut untuk memburu para milisi.
“Militer mengatakan jika kita tidak menggunakannya (bom), kita akan terseret lebih dalam lagi, kita akan selesai,” kata Duterte.
“Jika kita tidak menggunakannya, tentara kita semua akan terbunuh,” tambahnya.
Hingga kini tercatat 62 orang tentara dan 26 warga sipil tewas menjadi korban. Sedangkan di pihak milisi sudah 258 orang teroris terbunuh.
(samsul arifin – www.harianindo.com)