Jakarta – Setiap tahun di bulan Ramadhan, terdapat tradisi Sahur On The Road (SOR) yang telah berlangsung selama puluhan tahun. SOR pun tidak seharusnya dilarang begitu saja.
“Jika benar Djarot (Plt Gubernur DKI) melarang SOR itu berarti tidak cerdas menyikapi tradisi keagamaan yang baik dan telah berjalan berpuluh tahun,” kritik Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, ustadz Anton Digdoyo kepada redaksi, Minggu (28/5/2017).
S0R merupakan tradisi di mana para artis ajak saur bareng kaum dhuafa jalanan di ibukota. Justru tradisi ini dinilainya baik, wujud kepedulian para artis mengajak saur bareng fakir miskin, pemulung, gelandangan, dan lain-lain.
Menurut Anton, kebiasaan baik seperti SORtersebut tidaklah mudah untuk diubah. Ketimbang dilarang-larang, masih menurut Anton, sebaiknya ada inovatif kreatif dan humanis dari Pemprov DKI Jakarta.
“Mungkin solusinya ubah nama bukan SOR kalau SOR kesannya kok ganggu jalan raya ya. Misal diganti saur bareng para dhuafa di tempat-tempat umum yang banyak kaum dhuafanya,” usulnya.
Anton lantas mengingatkan Djarot sebagai muslim harus lebih hati-hati dan jangan grusa grusu atau gegabah seperti Ahok.
Ahok juga melarang takbir keliling, sembelih hewan kurban Idul Adha, atau siswi sekolah berjilbab dan lain-lain yang berkaitan dengan ritual ibadah.
Baca juga: Wiranto Dukung TNI Dimasukkan Dalam RUU Terorisme
“Itu sangat sensitif, rentan disharmoni, bahkan distrust,” pungkas Anton. (Yayan – www.harianindo.com)