Surabaya – 1.000 kiai dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menyurati Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) terkait Pilkada Jawa Timur. Hal ini kemudian dipertanyakan oleh Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT) soal arah dan tujuan dari surat tersebut.
“Ya nggak betul itu (surat dukungan kiai terkait Pilgub Jatim) dan sudah menjurus ke pencederaan terhadap demokrasi, sehingga perlu langkah-langkah yang sekiranya itu adalah kebijakan yang adil,” kata Koordinator FK3JT KH Fahrurrozi kepada wartawan di Surabaya, Jumat (26/5/2017).
Fahrurrozi menegaskan bahwa kader NU ada dimana-mana, tidak hanya di PKB, tapi juga di partai-partai lain.
“Ya sekalian saja semuanya (partai) disurati, dan semuanya dilamarkan untuk Gus Ipul. Kenapa, biar adil dong. Nguwongke lah (memanusiakan manusia) bahwasanya kader NU itu ada dimana-mana dan harus kita hargai. Daripada nanti menimbulkan kecemburuan politik. Kalau perlu, sekalian saja NU menjadi partai politik,” cetusnya.
Gus Fahrur menyebutkan, apa yang telah dilakukan oleh 1.000 kiai di Sidoarjo beberapa waktu lalu tersebut telah menyalahi Khittah NU.
“Ya, buah surat dari beliau-beliau itu menimbulkan politik praktis. Manuvernya itu menjadikan politik praktis,” jelasnya.
“Saya yakin, itu para kiai tidak menyadari. Menurut saya, itu keluguan para kiai-kiai yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu,” tambahnya.
Gus Fahrur mengimbau agar para kiai tidak ikut dalan arus politik praktis, melainkan berkonsentrasi pada pendidikan di pesantrennya serta mengadakan pengajian.
Gus Fahrur mengatakan, FK3JT hanya bisa mengimbau kepada para kiai agar tidak terbawa arus politik praktis dan lebih mengutamakan pendidikan di pesantrennya serta pengajian-pengajian.
Gus Fahrur juga mempertanyakan sikap dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang sampai sekarang belum memberikan tindakan bagi kiai, khususnya pengurus struktural di NU. FK3JT berharap PBNU mengeluarkan minimal imbauan kepada pengurus PWNU agar kembali ke khittahnya.
“Kita harapkan PBNU mengeluarkan iimbauan kepada struktural di NU. Kalau atas nama pribadi (dukung-mendukung di Pilgub Jatim) tidak masalah. Tapi kalau sudah menyangkut Nahdlatul Ulama, sebagai organisasi yang sangat mulia dan menjauhi politik praktis, sesuai dengan Khiitah NU,” pungkasnya
(samsul arifin – www.harianindo.com)