Jakarta – Wakil Rais ‘Aam PBNU, KH Miftahul Akhyar menegaskan perlunya kewaspadaan warga NU terhadap organisasi transnasional seperti HTI, Wahabi, Syiah, termasuk Jaulah. Hal tersebut dikatakan oleh KH Miftahul Akhyar dalam acara Halaqah Alim Ulama NU yang digelar PWNU Kalimantan Barat di Pondok Pesantren Darul Ulum, Kubu Raya, Kalimantan Barat, Ahad (30/4/2017).
“Kalau kita runut, kelompok ini adalah kelompok Khawarij. Karena mereka nolak madzhab,” ujarnya.
Terkait dengan maraknya penolakan-penolakan terhadap kelompok tersebut, Kiai Miftah menilai hal tersebut adalah sesuatu yang wajar. Lebih lanjut, kata Kiai Miftah, penolakan tersebut semakin mengental lantaran kelompok tersebut juga ingin merubah dasar negara RI, serta rajin menebar fitnah dan berita palsu.
“Kalian datang melawan tradisi dan madzhab di Indonesia. Ingin membentuk madzhab dan akidah baru, secara frontal, jadi wajar ditolak,” tandasnya.
Kebiasaan menebar berita bohong tanpa tabayyun tersebut juga seringkali dilakukan oleh FPI. Laskar yang dipimpin oleh Habib Rizieq tersebut, menurut Kiai Miftah, juga kurang melakukan tabayyun. Oleh karena itulah, FPI juga mendapat penolakan di berbagai tempat, termasuk di Kalbar.
“Ini kritik saya terhadap FPI. Meski amar ma’ruf nahi munkar perlu diupayakan, tapi harus lebih santun. FPI juga sering bicara keras, menuduh kita (NU), tanpa tabayyun. Ini kekurangan FPI yang membuat banyak resistensi masyarakat,” ungkapnya.
Kiai Miftah juga menyesalkan para pengurus FPI yang kurang selektif dalam merekrut para anggotanya. Sehingga banyak anggota yang masuk berlatar belakang dendam dan menunggangi gerakan-gerakan FPI.
Baca Juga : Karangan Bunga di Depan Balai Kota Dibakar Buruh, Ini Kata Ahok
“Jadi banyak anggota FPI berlatar belakang tidak jelas. Sehingga malah menunggangi dan merusak citra FPI,” ujarnya. Meski demikian, Kiai Miftah mengakui bahwa secara amaliah dan akidah, FPI serupa dengan NU.
(bimbim – www.harianindo.com)