Bandung – Pemilihan Gubernur Jawa Barat baru akan dilaksanakan satu tahun lagi. Meski demikian, Ridwan Kamil mengaku dirinya telah diserang dengan isu agama. Pria yang sering disapa Kang Emil tersebut menyayangkan dengan mencuatnya isu di media sosial terkait dengan penerbitan 300 surat izin pembangunan rumah ibadah non-muslim semenjak dirinya menjabat sebagai wali kota.
Terkait hal tersebut, Kang Emil pun merasa difitnah dengan munculnya isu tersebut. Ia menilai, sepanjang dirinya menjadi wali kota Bandung, pihaknya baru mengeluarkan 10 izin rumah ibadah yang terdiri dari lima masjid, tiga gereja dan dua vihara.
“Saya sudah teliti itu informasi dari Kesbangpol yang terdahulu. Sudah diklarifikasi maka saya sampaikan. Definisi fitnah itu sudah diklarifikasi, per kemarin masih beredar karena situasi politiking-politiking. Jadi bukan kekeliruan di situ, tapi penggunaan informasi yang sudah diklarifikasi masih juga disebarluaskan oleh pihak-pihak tertentu. Sampai tadi malam beredar bahasa-bahasa seperti itu, jadi saya luruskan,” ujar Emil kepada wartawan saat ditemui seusai mengisi acara di Masjid Al Ukhuwah, Jumat (28/4/2017).
Emil mengungkapkan bahwa isu SARA yang beredar luas tersebut berkaitan dengan pencalonannya dalam Pilgub Jabar 2018 mendatang. Dirinya menilai bahwa isu tersebut diembuskan oleh orang-orang dari partai politik.
“Karena (fitnah itu) datang dari mulut-mulut ketua partai. Karena datangnya dari sana dan tadi malam informasinya. Padahal sudah diklarifikasi 2 minggu lalu masih terus beredar dan diembus-embuskan, maka masuk definisi difitnah,” ucap Emil tanpa menyebut ketua partai yang dimaksud menyebar fitnah.
Menurut Emil, dirinya telah memberikan klarifikasi dan menegaskan bahwa isu SARA yang beredar di media sosial adalah fitnah semata. Dia mencontohkan salah satu fitnah yang dialamatkan kepadanya yakni terkait penerbitan izin rumah ibadah non-muslim yang disebut akan semakin banyak jika dirinya menduduki kursi Jabar 1.
“Bahasanya juga lebay. Nanti jumlahnya ribu-ribu ‘cenah kitu’ (katanya begitu). Jadi bahasa fitnahnya itu 300 per tahun, berarti kalau nanti Pak Wali (jadi Gubernur) jumlahnya ribu-ribu begitu katanya,” ungkapnya
Kang Emil pun berharap pelaksanaan Pilkada Jawa Barat tidak akan dipenuhi dengan isu-isu SARA seperti itu. Dia ingin agar pelaksanaan pesta demokrasi dilakukan secara santun yakni menang melalui gagasan bukan dengan menghujat atau menjatuhkan orang.
Baca Juga : Wartawan Akui Belum Ada Politisi Australia Yang Mendapat Karangan Bunga Seperti Ahok
“Mudah-mudahan di Bandung dan Jabar jangan kayak Jakarta lah. Kalau bisa kita pesta demokrasi itu santun menang dengan gagasan bukan dengan memaki-maki orang. Mudah-mudahan itu menjadi dasar demokrasi di jabar satu level lebih tinggi dari Jakarta, amin,” ujarnya.
(bimbim – www.harianindo.com)