Tangerang – Banyak pihak menganggap jika epilepsi adalah bentuk kelainan. Padahal, epilepsi murni sebuah penyakit sehingga penderitanya harus rutin minum obat untuk mencegah kambuhnya serangan.
Namun, penyakit yang bisa terjadi pada semua usia ini tidak menular. Hal tersebut diungkapkan oleh Vivien Puspitasari, dokter spesialis syaraf Rumah Sakit Siloam Lippo Village, Karawaci Tangerang.
“Epilepsi merupakan suatu penyakit neurologi menahun akibat aktivitas listrik otak yang abnormal (korsleting). Seseorang dikatakan penyandang epilepsi jika secara tiba-tiba mengalami kejang atau bentuk lain seperti perubahan tingkah laku, kesadaran dan perubahan lain yang hilang timbul-baik yang terasa atau terlihat,” jelasnya dalam Acara Seminar Purple Day: Kupas Tuntas Mitos dan Pengobatan Epilepsi, Minggu (9/42017)
Ada berbagai macam penyebab epilepsi atau gangguan listrik di otak.
“Jika itu terjadi pada anak-anak biasanya tidak diketahui (penyebabnya), atau karena faktor genetika. Tetapi jika terjadi pada orang dewasa itu bisa disebabkan oleh kerusakan jaringan tumor, atau gejala sisa dari suatu penyakit baik infeksi, cedera kepala, gangguan pembuluh darah di otak, cacat lahir dan lain sebagainya,” ungkap dia.
Yang patut menjadi perhatian adalah kejang yang ditimbulkan dari penyakit ini.
“Manifestasi serangan berbeda-beda, tergantung fungsi otak mana yang terganggu,” lanjut Vivien.
Berdasarkan jenisnya, serangan epilepsi umum dibagi tiga, antara lain Pelit Mal (absence), yaitu suatu gangguan kesadaran secara mendadak. Penderita diam tanpa reaksi (bengong) lalu melanjutkan kegiatan semula.
Kedua, grand mal (tonik klonik), diawali dengan kehilangan kesadaran yang disusul dengan kejang-kejang, air liur berbusa dan nafas seperti orang mendengkur.
Yang etiga, jenis mioklonik, terjadinya kontraksi singkat dari satu atau sekelompok otot. Bervariasi dari yang tidak terlihat sampai sentakan hebat. Sehingga mengakibatkan jatuh atau tiba-tiba melontarkan benda yang sedang dipegang.
Baca juga: 4 Makanan Super Pencegah Radikal Bebas
“Pemahaman epilepsi menular adalah mitos, faktanya epilepsi tidaklah menular melalui busa dari mulut penyandang dan sebagainya,” pungkasnya. (Yayan – www.harianindo.com)