Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj menjelaskan bahwa Indonesia bukanlah negara yang berlandaskan kepada aturan dari kelompok tertentu. Ia mengungkapkan hal tersebut dalam acara Istigotsah Untuk Jakarta Damai.
“Indonesia bukan negara Islam, bukan negara Kristen, bukan negara Katolik, bukan negara Hindu, bukan negara Buddha, bukan negara Konghucu,” katanya pada Istigotsah Untuk Jakarta Damai yang digagas PBNU di Jakarta, Jumat (7/4/2017) malam.
Menurutnya, Indonesia ada lantaran warga negaranya beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Oleh karena itu, Kiai Said melarang kepada siapa saja warga Indonesia untuk saling bermusuhan dengan alasan beda agama, budaya, dan suku.
“Itulah Indonesia,” katanya.
“Tidak boleh bermusuhan berdasarkan beda agama, beda suku, beda partai, beda pilihan gubernur,” jelasnya disambut tawa peserta yang hadir.
Kemudian, ia mengatakan, baik pendukung Basuki Tjahaya Purnama maupun pendukung Anies Baswedan bisa damai dan akur. Lebih jauh, ia mencontohkan praktik-praktik bernegara sebagaimana yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad ketika membangun Madinah.
“Saya yakin di sini ada yang Ahok dan ada yang Anies. Tapi akur kan?” gelitiknya.
Ia menilai, apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah model bernegara yang ideal karena semua warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama di bawah hukum. Meski mereka beda suku dan agama, selama memiliki visi, misi, dan tujuan bernegara yang sama maka tidak boleh ada permusuhan.
Baca Juga : Ketua PBNU Minta Pilkada DKI Berjalan Tanpa Caci Maki
“Tidak boleh ada kebencian dan permusuhan, kecuali ada yang melanggar hukum,” tegasnya, “Kita ciptakan di Jakarta,” lanjutnya pada istighotsah yang dipimpin oleh Katib Syuriah KH Nurul Yaqin Ishaq.
(bimbim – www.harianindo.com)