Jakarta – Salah satu upaya dalam menangkal radikalisme yang terjadi di Indonesia adalah dengan mengembangkan paham tandingan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian. Ia menyebutkan, ada tiga ideologi yang bisa menjadi tandingan radikalisme, yakni Pancasila, Islam sinkretis, dan demokrasi.
“Kita harus mengintensifkan Pancasila sebagai Ideologi. Selain itu kita juga harus mengembangkan ideologi yang sinkretis khas indonesia. Dan yang ketiga adalah ideologi demokrasi. Ketiga ideologi tersebut bisa menjadi tandingan untuk meredam radikalisme,” ujar Tito di sebuah acara seminar yang diadakan di Hotel Aryaduta, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/4/2017).
Tito mengungkapkan bahwa ada dua bentuk islam sinkretis yang dimaksud olehnya di Indonesia. Yang pertama adalah Islam nusantara yang dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama, dan Islam berkemajuan yang dikembangkan oleh Muhammadiyah.
“Kalau di NU ada Islam nusantara, kalau di Muhammadiyah ada istilah islam yang berkemajuan. Dua mainstream ini adalah Islam moderat yang bisa menandingi mereka,” ujar Jenderal yang pernah menjadi lulusan Akpol terbaik tersebut.
Selain itu, Tito menegaskan bahwa perlu ada moderasi narasi untuk melawan paham radikal. Bentuk dari moderasi narasi radikal tersebut salah satunya dengan membuat penafsiran yang benar tentang ayat-ayat berpotensi disalahgunakan. Ia menyatakan, peran ulama dalam tahap ini sangatlah penting.
“Jadi misalnya ada pihak yang menganjurkan bahwa bom bunuh diri itu boleh, ada ayatnya katanya. Nah kita minta ulama – ulama kita, untuk membuat penafsiran tandingan bahwa bukan seperti itu maksud dari ayat tersebut. Nanti ulama yang akan menjelaskan,” kata Tito.
Tito yang sudah berpengalaman menangani kasus Bom Bali Dua dan Bom Sarinah tersebut menjelaskan bahwa paham radikal tidak bisa jauh dari kekerasan. Menurutnya, ideologi tersebut hanya bisa kalah dengan ideologi dan pemikiran lain.
Baca Juga : Akun Gad Elbaz Sentil Sandiaga Uno Terkait Lagu Hashem Melech
“Radikalisme tidak akan hilang jika kita hanya menangkap atau membunuh pelaku. Kalau Pancasila, Islam nusantara, dan demokrasinya jalan, maka radikalisme ini akan hilang dengan sendirinya,” ujarnya diikuti tepuk tangan para hadirin.
(bimbim – www.harianindo.com)