Harian IndoJakarta – Sepertinya Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono beserta keluarga besar telah menerima hantaman keras dari pernyataan yang diungkapkan oleh Antasari Azhar. Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut telah membeberkan kejanggalan demi kejanggalan kasus pembunuhan bos PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen.
Antashari Ashar dan Susilo Bambang Yudhoyono
Antasari telah membeberkan sejumlah peristiwa di balik layar kasus tersebut. Dimana ada keterkaitan antara SBY, Edhi Baskoro Yudhoyono (Ibas), Hatta Rajasa hingga Aulia Pohan. Antasari mengungkapkan ia dikriminalisasi usai mengusut dugaan korupsi yang dilakukan Aulia Pohan ketika masih menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia.
Dimulai dari situlah, membuat Antasari dipanggil ke Istana dimana ketika itu SBY masih menjabat sebagai Presiden. Namun, sebagai Pimpinan KPK antasari merasa kurang etis jika bertemu empat mata dengan SBY sebagai presiden. Akhirnya, SBY menunjuk Hatta Rajasa yang saat itu menjabat sebagai Mensesneg sebagai mediator.
“Beliau bilang, Pak Hatta kita perlu ada mediator, kalau Pak Antasari perlu. Kemudian saya sampaikan, saya SMS dulu (Hatta) ke HP-nya, dua hari lagi saya tahan Aulia Pohan. Saya sudah sampaikan, tolong sampaikan ke dia (SBY),” jelas Antasari.
Sampai hari penahanan Aulia Pohan tiba, Antasari tidak menerima kabar apapun terkait pesan singkat yang dia kirim ke Hatta. Dia sudah mencoba menghubungi Hatta, namun tak ada respons.
“Karena komitmen, berarti enggak ada masalah. Saya tahan. Lalu saya dipanggil ke ruang Mensesneg, saya kira yang panggil Pak SBY. Rupanya saya duduk ada Pak Hatta dan Pak Sudi, di antara keduanya. Pak Sudi tanya, kenapa itu besan Presiden, kenapa enggak ngomong dulu? Saya bilang kami komitmen Pak Sudi. Saya tanya Pak Hatta, Pak Hatta bilang saya lupa sampaikan SMS ke SBY,” kata Antasari.
“Setelah itu Pak Sudi, Pak Hatta saya bilang ‘ayo kita ke dalam temui beliau (SBY)’. Kita sampaikan supaya beliau tidak anggap saya tidak komit. ‘Sudah biar saja lagi marah itu’,” ungkap Antasari seraya menirukan perkataan Hatta saat itu.
Usai pernyataan dari Antasari tersebut mencuat ke permukaan, SBY seolah-olah menghindar dengan memboyong keluarganya beserta para besan, Aulia Pohan dan Hatta Rajasa berlibur ke Tawangmangu, Karanganyar. Rencananya, mereka akan menginap di sebuah vila milik keluarga mendiang Lukminto, bos PT Sritex.
Kapolsek Tawangmangu AKP Riyanto membenarkan jika keluarga SBY beserta para besannya memang berencana berlibur dari hari sabtu (18/2/2017) dan akan bertolak balik ke Jakarta pada senin (20/2/2017) paginya.
“Tidak ada agenda khusus. Pak SBY hanya di dalam vila Sandang saja, dari Sabtu (18/2/2017) malam sampai hari Senin. Besok pagi sudah kembali ke Jakarta,” ujar Riyanto, pada Minggu (19/2/2017).
Baca Juga : Kiai Ma’ruf Amin Menegaskan Tak Akan Ada Masalah Jika Ahok Menang Pilgub DKI
Liburan SBY beserta keluarga tersebut menumpang kereta api Argo Dwipangga dari Stasiun Gambir dan tiba di Stasiun Solo Balapan, pada Sabtu (18/2/2017) sekitar pukul 16.30 Wib. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan mobil menuju puncak Gunung Lawu yang berjarak sekitar 45 km dari Stasiun Solo Balapan.
(bimbim – www.harianindo.com)
