Jakarta – Romo Benny Susetyo selaku pengamat sosial menilai jika Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyo (SBY) sedang mencoba untuk menarik simpati publik dengan melontarkan pernyataan terkait dugaan penyadapan terhadap dirinya.
Lewat keterangan persnya pekan lalu, SBY merasa dirinya telah disadap. Ia menanggapi pernyataan yang disampaikan oleh terdakwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan tim kuasa hukumnya dalam sidang dugaan penodaan agama.
“Dramaturgi dimainkan untuk meraih simpati publik,” kata Benny, saat diskusi bertajuk ‘Bila SBY Minta Bertemu Jokowi: Nunggu Lebaran, Kali!” di Jakarta, Senin (6/2/2017).
Sebagai Presiden keenam RI, ujar Benny, SBY seharusnya menunjukkan sikap seorang negarawan dan bukan sebaliknya, memainkan dramaturgi politik untuk mencapai tujuan politik tertentu.
Teori yang dipopulerkan Erving Goffman itu, menurut Benny, lumrah digunakan seorang politisi dalam strategi komunikasi politik kepada lawan politiknya.
“Bahwa dalam komunikasi politik itu ada yang namanya panggung depan dan panggung belakang. Yang namanya panggung depan, yang seolah-olah dia bermain sinetron, yang seolah-olah dizalimi,” ujar dia.
Benny kemudian mencontohkan sikap Presiden ketiga RI, BJ Habibie yang dinilainya menunjukkan seorang negarawan yang baik.
BJ Habibie melepaskan seluruh kepentingan politik dan membantu pemerintahan saat ini untuk menyelesaikan persoalan yang ada.
Benny menambahkan, SBY tidak akan kesulitan untuk berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo bila bersedia bersikap layaknya seorang negarawan.
Baca juga: Firza Husein Didiagnosa Mengalami Penyakit Serius
“Kalau untuk kepentingan politik kekuasaan, maka komunikasi politik yang terjadi tidak cair. Yang terjadi intrik, kalau itu dibangun terus menerus, maka politik tidak stabil,” ungkapnya. (Yayan – www.harianindo.com)