Jakarta – Dalam debat Pilgub DKI Jakarta, pasangan cagub dan cawagub hanya diberi kesempatan dua menit untuk menyampaikan visi misi mereka. Dengan waktu sesingkat ini membuat mereka harus memilah pesan mana yang hendak disampaikan.
Kata “birokrasi” dan “menata” jadi kata kunci yang sering muncul setelah removal stopwords dilakukan. Ketika penyampaian visi misi. Dari 205 kata-kata yang diucap Anies pada segmen satu, “birokrasi” muncul 5 kali dan “menata” 4 kali, di bawahnya ada “Jakarta” 3 kali.
Dengan metode TF-IdF jika dilakukan skoring maka kata “menata” dapat pembobotan terbesar 0,039 poin.
Anies menjadikan kata “menata” dijadikan pembukaannya. “Bapak-bapak, ibu, hadirin semua, dimana pun Anda berada, menata kota lebih dari sekadar menata gedungnya, karena itu ketika berbicara menata kota, adalah menata bagaimana warga di kota bisa meraih kesejahteraan, bisa meraih keadilan, dan mendapatkan kebahagiaan. Penataan kota adalah untuk warganya,” katanya
Baca juga: Djarot Bakal Ganti Aparatur yang Bekerja Lamban
Meski secara kuantitas kata “bertanggung jawab” hanya muncul dua kali, tetapi mesin membaca scoring pembobotan kata “bertanggung jawab” lumayan cukup tinggi. Ada di urutan kedua dengan skor 0,019.
Setelah bincang banyak soal masalah “penataan”, Anies memang langsung menunjukkan telunjuknya. “Dan siapa yang bertanggung jawab itu, birokrasi. Birokrasi bertanggung jawab. Untuk memastikan seluruh asetnya. Di Jakarta ini aset birokrasi perolehannya 341 triliun, tapi kalau dihitung keseluruhannya, lebih dari seribu triliun. Itu artinya per orang di Jakarta sebenarnya memiliki aset 100 juta. Ini dimanfaatkan oleh birokrasi, untuk kesejahteraan, keadilan, dan hadirnya kebahagiaan. Sudahkah itu terjadi? Belum, rapornya merah.” kata Anies. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)