Jakarta – Obat Antiretroviral (ARV) hingga saat ini masih menjadi satu-satunya obat yang digunakan oleh para penderita HIV/AIDS. ARV sendiri berfungsi menghentikan replikasi dari virus HIV agar tidak terus berkembang dalam tubuh.
Dr. Sarsanto W Sarwono selaku Ketua Komite Program Yayasan AIDS Indonesia (YAIDS), dr. Sarsanto W Sarwono mengungkapkan bahwa obat yang harus diminum setiap hari ini kini diberikan secara gratis oleh pemerintah Indonesia kepada para penderita.
“Saat pertama kali ditemukan, obat ini dijual seharga Rp 4,8 juta. Namun setelah dipaksa untuk dijadikan generik dalam waktu 10 tahun (normalnya 20 tahun), obat ini pun dijual seharga Rp 500 ribu dan pada masa pemerintahan Megawati mendapat subsidi hingga menjadi Rp 250 ribu,” terangnya dalam acara penendatanganan komitmen #JakartaSadar2017, Kamis (1/12/2016).
Namun dirinya mengungkapkan kekhawatiran akan penghentian proyek tersebut karena pada dasarnya proyek tersebut masih mendapatkan bantuan dari Global Fund.
“Bila obat ARV kelak menjadi berbayar, ini akan menjadi kemunduran bagi pemerintah. Penderita yang terbiasa mendapat gratis akan mengalami kesulitan,” menurutnya.
Oleh karenanya, saat ini YAIDS Indonesia tengah mengusahakan agar anggaran tersebut masuk dalam program Kementerian Kesehatan agar pengobatan tidak terhenti.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian obat-obatan ARV secara gratis melalui klinik-klinik yang ditunjuk oleh pemerintah.
Apabila penderita berhenti menggunakan ARV, maka virus akan tumbuh kembali dan daya tahan penderita pun akan semakin menurun.
Baca juga: Jangan Konsumsi Makanan Jenis Ini Saat Menggunakan Antibiotik
“Penyakit yang tadinya tak berkembang akan jadi berkembang, salah satunya tuberkulosis (TBC),” pungkasnya. (Yayan – www.harianindo.com)