Jakarta – Sudah sejak sebelum aksi demo pada 4 November 2016 lalu berlangsung, berbagai pihak telah mewaspadai upaya pendomplengan massa aksi, meskipun nyatanya tidak terbukti. Namun, menjelang aksi 2 Desember 2016 mendatang pun, aksi pendomplengan bukan tidak ada sama sekali. Massa aksi dalam jumlah besar membuat rawannya disusupi oleh beberapa pihak guna menimbulkan kericuhan.
Beberapa hari yang lalu, Densus 88 Antiteror Mabes Polri, aktif menggerebek para pelaku terduga teroris. Terbukti bahwa beberapa terduga teroris telah diamankan Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Dua wilayah di Jawa Barat (Jabar) dan Banten diserbu. Dua wilayah di Jabar itu adalah Bekasi dan Majalengka. Sedangkan di Banten, tepat di jantung ibu kota Serang.
Pada tiga wilayah tersebut, pasukan penangkal teroris itu menggerebek terduga teroris. Tanpa bermaksud menghubungkan, namun upaya teroris tersebut patut diwaspadai. Sebab, beberapa terduga teroris yang ditangkap di tiga wilayah tersebut, sudah berniat akan menyisipkan orangnya pada aksi massa 2 Desember 2016.
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar menyatakan, bahwa sembilan teroris kelompok Abu Nusaibah yang ditangkap di Jakarta dan Bekasi beberapa waktu lalu, telah banyak merekrut warga negara Indonesia untuk diberangkatkan ke Suriah.
“Para teroris tertangkap di Bekasi dan di Jakarta Barat total ada sembilan, mereka dapat dikatakan kelompok membentuk Foreign Terrorist Fighter. Banyak warga kita direkrut, diberangkatkan ke Suriah (oleh mereka),” kata Boy dalam acara Indonesia Bebas Anak Jalanan di Monas, Jakarta Pusat, Minggu 27 November 2016.
Menurut Boy, mereka yang direkrut rencananya akan menunggangi aksi damai umat Islam di Jakarta. Kini, lanjut Boy, peningkatan kewaspadaan terhadap serangan asing diharapkan bisa mengeliminasi potensi teror dari mereka yang berafiliasi dengan paham ISIS.
“Berkaitan unjuk rasa, ada sisi pendalaman (polisi) ada upaya mereka (teroris) ingin memanfaatkan momen (demo) 4 November lalu, 25 (November) dan 2 Desember. Kita meningkatkan kewaspadaan,” ujar dia.
“Perlu kita waspadai terutama kekuatan dari luar negeri, adanya upaya dilakukan dari luar negeri yang kita tidak sadari. Polisi mengedepankan deteksi dini optimal, mempersatukan jaringan intel,” Boy memungkas.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), pada demo 4 November 2016 yang menuntut kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dibawa ke ranah hukum, ada kelompok radikal yang juga ikut menyusup ke dalam aksi. BNPT pun terus memantau rencana demo 25 November dan 2 Desember 2016 yang tidak puas terhadap proses hukum Ahok, apakah ada kelompok radikal yang turun atau tidak.
“Kemarin tanggal 4 ada yang turun. Tapi hanya memantau. Ada di beberapa daerah. Tapi yang sekarang ini belum ada, tapi kita pantau terus,” ucap Kepala BNPT Suhardi Alius di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Baca Juga : Anies Tak Suka Konsep Gusur Menggusur Yang Diterapkan Pemprov DKI Selama Ini
Suhardi mengungkapkan, saat demo 4 November lalu, yang turun mengikuti demo kebanyakan dari mantan napi teroris. Mereka berasal dari beberapa daerah di Pulau Jawa. Suhardi menegaskan, hingga kini belum ada informasi kelompok radikal yang ikut demo pada 25 November dan 2 Desember.
“Ya itu kan ada mantan napi (teroris). Mereka kan mantau. Tapi kita terus ikuti yang potensial. Ada beberapa daerah. Ya misalnya daerah Jawa dan beberapa lain tempat,” kata Suhardi.
“Belum ada, tapi potensi selalu ada. Karenanya kita monitor,” pungkas Suhardi.
Oleh karena itu, beberapa teroris ataupun kelompok radikal yang diprediksi akan menyusup kedalam massa aksi 212 tersebut, semakin menambah jumlah massa dalam demo nantinya. Digadang-gadang bahwa jumlah massa 212 akan lebih banyak dari jumlah massa aksi demo 411.
(bimbim – harianindo)