Havana – Pemimpin besar revolusi Kuba yang kemudian menjadi Presiden Kuba selama lima dekade, Fidel Castro, meninggal dunia di usianya yang ke-90 pada Jumat (25/11/2016) malam waktu setempat.
Selama memimpin Kuba, Fidel Castro terkenal dengan pernyataan dan tindakan-tindakannya yang kerapkali mengundang kontroversi, termasuk dalam gaya kepemimpinannya yang dianggap otoriter.
Berikut beberapa pernyataan terkenal Fidel Castro:
“Saya memulai revolusi dengan 82 orang. Jika saya harus melakukannya lagi, saya akan melakukannya dengan 10 atau 15 orang dengan kepercayaan diri yang tinggi. Tidaklah masalah jika jumlah orangnya kecil sepanjang adanya keyakinan dan rencana yang matang,” kata Castro pada tahun 1953 lalu di depan persidangan saat dirinya menghadapi tuntutan atas keterlibatannya dalam penyerangan terhadap barak militer Moncada.
“Saya tidak terpikirkan untuk mencukur jenggot saya, karena saya sudah terbiasa dengan jenggota saya. Jenggot ini berarti banyak untuk negara ini. Ketika saya memenhi janji untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, saya akan mencukurnya,” kata Fidel Castro saat diwawancara televisi CBS di tahun 1959, 30 hari setelah Revolusi Kuba.
“Saya sudah berkesimpulan bahwa pengorbanan terakhir yang harus saya lakukan untuk Kesehatan Publik Kuba adalah berhenti merokok. Saya tidak begitu merindukannya lagi,” kata Fidel Castro di tahun 1985 saat ia memutuskan untuk berhenti menghisap cerutu.
“Salah satu dampak positif dari revolusi adalah bahkan PSK (Pekerja Seks Komersial) Kuba adalah lulusan perguruan tinggi,” terang Fidel Castro saat berbincang dengan sutradara Oliver Stone di film dokumenter Comandate yang dirilis tahun 2003 lalu.
“Saya sangat gembira saya menginjak umur 80. Saya tidak pernah mengharapkannya. Apalagi, ada tetangga (AS) negara paling kuat di dunia berusaha membunuh saya setiap hari,“ demikian pengakuan Fidel Castro di depan pertemuan Kepala Negara Amerika Latin di Argentina tahun 2006.
“Saya tidak berkeinginan dan tidak akan menerima posisi Presiden atau Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata. Itu akan menjadi pengkhianatan terhadap hati nurani saya untuk menerima posisi yang memerlukan dedikasi dan kekuatan fisik yang tidak dapat lagi saya berikan,” kata Castro saat mengumumkan pengunduran dirinya di bulan Februari 2008.
“Kuba bukanlah negara kapitalis yang sedang dilanda krisis yang mana pemimpinnya panik mencari solusi di tengah depresi ekonomi, inflasi, dan pengangguran. Kuba adalah dan tetap harus menjadi negara sosialis,” tulis Castro di sebuah surat kabar Kuba di tahun 2008.
(samsul arifin – www.harianindo.com)