Mataram – Beberapa hari ini beredar kabar akan terjadinya penarikan dana secara besar-besaran atau ‘rush money’ pada 25 November 2016 mendatang yang dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu.
Terkait kabar ini, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB Prijono menegaskan bahwa isu tersebut menyesatkan.
“Kita ingin masyarakat di NTB tidak terpengaruh isu rush money,” ujar Prijono, Minggu (20/11/2016) kemarin.
Menurut Prijono, ajakan agar masyarakat menarik dananya yang mereka simpan di bank karena dikhawatirkan akan terjadi chaos di Tanah Air pada 25 November mendatang adalah sangat menyesatkan.
Masyarakat di NTB dihimbau untuk tidak mengikuti ajakan yang telah beredar luas media sosial itu, karena hal tersebut akan membawa dampak yang sangat merugikan bagi perekonomian Indonesia yang sekarang ini justru menunjukkan tren positif.
“Jangan sampai kita membakar lumbung kita sendiri, karena kalau itu dilakukan sama artinya kita semua bisa ikut terbakar,” ucap Prijono.
Prijono menjelaskan, bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito, dan lainnya untuk kemudian disalurkan kepada pelaku usaha dalam bentuk kredit atau pinjaman.
Namun demikian, bank juga dengan sangat cermat melakukan manajemen likuiditas untuk memenuhi kebutuhan dana nasabah yang sewaktu-waktu ditarik. Karena itu, bila terjadi rush money maka akan menimbulkan persoalan bagi bank dan pelaku usaha.
“Inilah yang kemudian bisa menimbulkan persoalan. Tidak hanya bagi bank, tetapi juga bagi pelaku usaha kalau rush money itu terjadi. Tapi jangan pernah sampai itu terjadi,” kata Prijono.
Prijono juga mengingatkan soal apa yang terjadi pada tahun 97/98 dimana Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berdampak luas bagi seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat. Karena itu ia berharap agar masyarakat tidak mudah dipengaruhi dengan isu rush money yang belakangan dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
(samsul arifin – www.harianindo.com).