New York – Para pemuka agama beserta aktivis hak-hak sipil memperingatkan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump, bahwa Muslim Amerika akan tetap tinggal di AS. Kontroversi keberadaan Muslim muncul setelah Trump mengusulkan untuk melarang imigrasi semua Muslim ke AS, 10 bulan silam.
Larangan tersebut ditanggapi juga oleh Direktur Eksekutif Nasional Council of American-Islamic Relation (CAIR), Nihad Awad. Menurutnya, umat Islam tidak akan bergerak dari AS, siapapun yang terpilih menjadi presiden.
“Ini rumah kami, kami tidak akan pergi. Kami tidak akan terintimidasi atau terpinggirkan. Insya Allah, komunitas Muslim Amerika akan terus menentang kefanatikan, untuk menegakkan keadilan dan melindungi kebebasan hak semua warga Amerika,” ujar Awad, seperti dilansir dari The Independent, Kamis (10/11/2016).
Awad pun sudah bergabung dengan pemimpin agama lainnya, seperti Kristen dan Yahudi, untuk meminta Trump agar tidak memecah belah rakyat. Trump diminta untuk lebih positif dalam memerangi ketakutan yang dirasakan perempuan, warga kulit hitam, dan kelompok minoritas.
Baca juga: Kemenangan Trump Disambut Dengan Rencana California Untuk Memisahkan Diri
“Kami ingin presiden baru yang memiliki standar tinggi dalam membela hak semua orang, sebagaimana negara menjamin melalui konstitusi AS. Untuk siapapun yang merasa takut, ketahuilah Amerika adalah rumah kita dan rumah anak-anak kita. Ini adalah masa depan kita,” ungkapnya. (Yayan – www.harianindo.com)