Jakarta – Lembaga KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) melansir elektabilitas pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot yang tinggal 27,5 persen. Angka itu turun drastis dari hasil survei sebelumnya. Apa respons Demokrat?
“Kalau incumbent di bawah 50 persen, sangat memprihatinkan. Karena waktu itu Foke 50 persen ke atas saja bisa kalah. Apalagi anjlok jadi 27 persen, ya lampu kuning mendekati lampu merah untuk petahana,” kata Wasekjen Demokrat Andi Nurpati.
Hal itu disampaikan Andi usai rilis survei KedaiKOPI soal elektabilitas cagub-cawagub di Kedai 2 Nyonya, Jalan Cikini Raya, Jakarta, Minggu (30/10/2016).
Andi menyatakan, banyak faktor yang menyebabkan elektabilitas Ahok turun, terutama usai pidatonya yang menuai polemik karena menyinggung surat Al-Maidah 51. Namun, dia menyebut faktor itu bersifat akumulatif.
“Ini rangkaian sejak lama. Penyebabnya banyak, terutama karena sikap Ahok sendiri. Bagaimana dia melakukan program-program di DKI, penggusuran dan lainnya. Semua dilihat masyarakat yang anggap bagaimana pemimpinnya semena-mena,” ujar Andi.
“Paling parah (dugaan) penistaan agama Islam di Pulau Seribu. Dampaknya sangat besar, yang tadinya nggak ada hubungan apa-apa dengan Pilkada, tapi sangat fatal,” imbuh mantan komisioner KPU itu.
Andi berpendapat jika turunnya elektabilitas Ahok tinggal 27,5% membuat dua kandidat lain naik. Terlebih Agus Yudhoyono yang elektabilitasnya 21 persen adalah pendatang baru, sementara Ahok sudah lama bekerja.
Andi bahkan menyebut jika pasangan Agus-Sylviana bisa lompat memenangkan satu putaran Pilgub DKI.
“Potensi beliau menurut koalisi sangat cukup memadai melawan petahana,” ujar Andi.
Baca juga: Survey, Jejak Sebagai Menteri Yang Diberhentikan Jadi Citra Buruk Bagi Anies
“Sekarang (Agus-Sylviana) 21 persen, petahana turun. Publik bisa melihat bahwa ini ada peluang besar, tim akan berusaha maksimal tingkatkan elektabilitas,” imbuhnya. (Yayan – www.harianindo.com)