Oslo – Sylvi Litsthaug selaku Menteri Keimigrasian dan Integrasi Norwegia mendapatkan kritik keras usai mengeluarkan pernyataan yang membuat pernyataan kasar terhadap para imigran Muslim agar memahami budaya masyarakat di negara itu untuk mempermudah adaptasi.
“Saya rasa mereka yang datang ke Norwegia harus menyesuaikan diri dengan masyarakat di sini. Di sini, kami makan daging babi, minum alkohol, dan tidak menutupi wajah. Anda harus mematuhi nilai, hukum, dan peraturan di Norwegia ketika datang ke sini,” kata Listhaug dalam akunnya.
Menurut politikus wanita sayap kanan 38 tahun tersebut, para imigran yang harus beradaptasi dengan budaya dan kebiasaan warga Norwegia, bukan sebaliknya.
“Bukan tugas masyarakat menyesuaikan diri dengan pendatang, dan penting kita menunjukkan sinyal jelas kepada mereka,” ujarnya, seperti dilansir dari RT, Kamis (20/10/2016).
Tidak berhenti sampai disitu, Listhaug juga mengkritik lembaga publik yang tidak lagi menyajikan daging babi hanya untuk menghormati penduduk beragama Islam.
Jumlah pengungsi dan imigran yang masuk ke Norwegia menurun jika dibanding tahun lalu. Pada 2015, Norwegia menerima 32 ribu imigran. Namun, menjelang akhir 2016, jumlahnya menurun drastis, yakni 3.550 orang.
Komentar Listhaug lantas mendapatkan reaksi beragam, bahkan banyak yang mendesak dia agar mundur dari jabatannya. Omar Giliani Syed, pakar ilmu sosial terkemuka Norwegia, mengatakan, jika Listhaug tidak memiliki keahlian untuk menangani isu-isu sosial, sebaiknya ia mengundurkan diri.
Menurut Ann Magritt Austena, Ketua Organisasi Pemohon Suaka Norwegia (NOAS), Sylvi Listhaug terlalu menganggap remeh persoalan. Dia mengatakan mengangkat isu tentang daging babi dan alkohol bukan solusi untuk para imigran agar cepat beradaptasi. “Lebih penting menemukan apa yang mereka bisa lakukan dan memberikan pelatihan kepada mereka,” tutur Austena.
Pernyataan Listhaug barusan berkaitan dengan sistem ketat yang dia tetapkan dalam penerimaan imigran antara lain dengan membiayai mereka yang ingin pulang ke negara asal. Bahkan, menurut dia, imigran turut menimbulkan beberapa masalah.
Baca juga: Tiongkok Dilanda Teror Bom, Tujuh Orang Cedera Puluhan Warga Luka-Luka
“Ketika wawancara kerja, jangan pakai niqab atau burqa. Di negara kami, alkohol dibolehkan. Jadi, jika bekerja di tempat yang menyediakannya, Anda tidak punya pilihan lain,” ucap Listhaug. (Yayan – www.harianindo.com)