Jakarta – Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyarakankan pada para kandidat gubernur untuk tidak bicara kasar dan memancing isu suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA).
Pesan tersebut diungkapkan JK terkait dengan kasus dugaan penghinaan Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 51 yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
“Saya lihat kasus Surat Al-Maidah ayat 51, bukan ayat itu yang dipersoalkan adalah kata bohong,” ujar Kalla, di Kantor Wapres, Jakarta Pusat, Jumat (21/10/2016).
JK lantas mengutip pidato Ahok di Kepulauan Seribu yang menyebut Surat Al-Maidah ayat 51. “Ibu-ibu, saudara-saudara sekalian, kalau tidak mau pilih saya karena dibohongin dengan memakai Al-Maidah ayat 51 dan macam-macam.”
JK kemudian menghilangkan kata bohong. Kalimatnya jadi seperti ini, “Saudara-saudara sekalian, apabila tidak pilih saya karena ayat Al-Maidah itu ya enggak apa-apa.”
JK menjelaskan andaikata Ahok tidak menyebut kata ‘bohong’, tidak akan muncul kemarahan dan kehebohan dari banyak orang. “Marah enggak orang, enggak marah, kan,” kata Kalla.
Diarinya mengibaratkan kasus Ahok dengan calon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Menurut dia, dalam survei atau polling, pemilih Trump menurun karena sosok Trump suka menuduh kiri-kanan. “Jadi ya, mulutmu harimaumu, itu saja masalahnya, masalah Jakarta itu,” kata Kalla.
Menurut JK, dalam demokrasi, orang bebas memilih sesuai apa yang disuka, termasuk alasan primordial soal kesamaan agama.
Apabila ada orang menyarankan memilih figur tertentu dengan alasan tersebut ke kalangan internal, hal tersebut boleh-boleh saja. “Kalau di kalangan sendiri silakan saja berdiskusi, bahwa suka si A, si B, silakan saja,” kata Kalla.
Sandiaga Akan Serahkan Tim Suksesnya Ke Aparat Jika Lakukan Kampanye Hitam
Kecenderungan orang memilih figur pemimpin dengan kesamaan agama atau faktor lain, kata Kalla, adalah hal yang terjadi di semua negara. (Yayan – www.harianindo.com)