Jakarta – Popularitas merupakan hal yang amat penting bagi seorang kandidat calon gubernur DKI Jakarta. Pasalnya, popularitas menjadi modal awal para kandidat untuk diketahui dan dikenal warga sebelum masuk ke persoalan elektabilitas.
Tomi Satryatomo, seorang media & communication entrepreneur mengatakan, dari ketiga kandidat cagub DKI, Ahok-lah yang memiliki popularitas paling besar. Hanya saja sentimen negatif terhadapnya juga besar.
“Intinya, fenomena (Ahok) populer tapi negatif. Ini tantangan buat dua penantang lain untuk menaikkan popularitas, sambil berusaha menaikkan juga elektabilitasnya,” kata Tomi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (18/10/2016).
Tomi menyebutkan, terkait kontroversi pernyataan soal surah Al Maidah ayat 51, hal tersebut justru menguntungkan Ahok. Ahok menjadi cagub yang paling banyak dibicarakan. Sayangnya, kata Tomi, dua kandidat lain yang seharusnya bisa mengambil keuntungan dari kasus tersebut malah tidak bisa melakukannya.
Lewat riset yang dilakukannya, Ahok yang diasosiasikan sebagai mulut kasar dan penista agama justru menjadi top of mind. Pemilih hanya menggunakan waktu sekitar satu menit dalam kotak suara saat pilgub.
“Ketika memilih, dia akan memilih top of mind, suka atau tidak suka yang dia ingatlah yang akan dia pilih,” kata Tomi.
Tomi menambahkan, tingkat keterkenalan Ahok di DKI Jakarta 100 persen. Sementara Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono sekitar 70 persen. Artinya, 30 persen pemilih tidak akan mengingat nama Anies dan Agus saat di kotak suara.
Baca juga: Ulama Kharismatik Mbah Maimoen Minta Masalah Ahok Jangan Dibesar-besarkan
“Pertarungan sebenarnya kan di kotak suara, siapa yang diingat. Kalau Ahok terpilih harusnya dia berterima kasih terhadap Habib Rizieq karena naikin popularitas,” ujarnya. (Yayan – www.harianindo.com)