Jakarta – Cak Nun mempertanyakan tentang sebutan Muslim dzalim. Baginya, apabila dikaji makna substantifnya, kalau dzalim pasti bukan Muslim. “Gula ko pahit?,” katanya memberikan analogi.
“Semisal Ada Pemimpin Adil, Ya Tidak Bisa Disebut Kafir Dong” ujar cak nun
Tidak jauh berbeda dengan pernyataan tentang kafir itu adil. Kekufuran itu, kata Cak Nun, bahkan merupakan puncak ketidakadilan.
Kepada Tuhan saja ia tidak bersikap adil, bagaimana ia bisa disebut adil secara horizontal.
Oleh karenanya, dikotomi kesalehan individual dan kesalehan sosial juga terlalu dangkal.
Bagi dirinya, jika perilakunya merusak di ranah sosial, sejatinya tidak layak disebut saleh meski secara lahir terlihat saleh. Karena orang saleh (secara individu) akan saleh secara sosial.
Penjelasan tersebut sejatinya mencerminkan hubungan identik antara keimanan dan empati sosial. (Yayan – www.harianindo.com)