Parik Malintang – Syafrita Deni adalah salah seorang siswi di SMAN 1 Nan Sabaris, Sumatera Barat. Namun, di usianya yang belia, dia harus bekerja sebagai buruh. Hal tersebut dilakukan untuk menafkahi keluarganya.
Syafrita Deni yang akrab dipanggil Deni adalah anak bungsu. Ia memang sudah terbiasa menjadi buruh di perusahaan batu bata sejak kelas dua SMP dan kini ia sudah duduk di bangku SMA.
”Kalau tidak ikut bekerja, maka kita tak ada uang buat jajan,” kata gadis pada Selasa (9/8/2016).
Karena sudah terlatih, Deni mampu mencetak 1.000 buah batu bata. Setiap satu batu bata yang dicetaknya diupahi Rp40. Sehingga, kalau 1.000 bata dapat dihasilkan ia dapat mengantongi Rp 40 ribu sehari.
Pekerjaan sekali seminggu itu dilakoni Deni sejak ayahnya yang berjualan roti keliling berpisah dengan ibunya. ”Ya, kasihan ibu yang harus banting tulang untuk menafkahi kami,” ujar gadis yang ingin menjadi dosen tersebut.
Paling tidak, kata Deni, dengan bekerja setiap hari Minggu. Dia tidak perlu lagi meminta jajan sama ibunya. Penghasilan ibunya lanjut Deni, bisa buat memenuhi kebutuhan hidup yang lainnya. “Ya, buat makan dan pembeli pakaian kami, anak-anaknya,” ujarnya.
Karena berasal dari keluarga kurang mampu, aku Deni, dia juga mendapat bantuan pakaian seragam dari pihak sekolah. Ada empat stel pakaian sekolah yang dia terima. Pakaian dibelikan pihak sekolah dengan dana bantuan beasiswa dan uang komite.
Kehidupan keluarga Deni memang cukup memprihatinkan. Sejak rumahnya rubuh akibat gempa 2009, kini mereka tinggal di rumah Wardina, salah seorang kakaknya. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)