Jakarta – Di era modern ini, multitasking atau mengerjakan lebih dari satu perkerjaan atau kegiatan di waktu yang sama sangat sering dilakukan. Teknologi canggih juga telah mendukungnya. Seperti saat kita menggunakan telepon sambil menonton televisi serta melihat layar komputer.
Namun ternyata, penelitian terbaru memperlihatkan jika multitasking memiliki konsekuensi yang serius. Berikut rangkuman dari hasil penelitian dokter asal Amerika Serikat (AS), Guy Winch Ph.D. seperti dilansir dari vemale.com (Senin, 4/7/2016):
1. Multitasking dikaitkan dengan kerusakan otak. Sebuah penelitian baru menemukan orang-orang yang sering melakukan beberapa hal sekaligus memiliki pengurangan materi abu-abu di otak mereka. Materi ini terkait dengan kontrol kognitif dan regulasi motivasi dan emosi.
2. Multitasking dapat menyebabkan masalah memori. Studi tahun 2016 menemukan bahwa multitasking menyebabkan kelemahan memori baik memori jangka pendek maupun panjang.
3. Multitasking dapat menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk membedakan antara distraksi yang penting dan tidak penting.
4. Multitasking dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Dua puluh persen remaja New York dilaporkan terganggu oleh perangkat mobile mereka ketika mereka sedang berjalan di pedestrian. Korban orang dewasa yang berjalan kaki lalu tertabrak hanya sepuluh persen.
5. Multitasking menyakiti (mempengaruhi) nilai. Sebuah studi tentang multitasking di sekolah menemukan, siswa yang sering melakukan beberapa pekerjaan sekaligus mendapat nilai lebih rendah saat ujian.
6. Multitasking dapat menyebabkan jatuh dan patah tulang. Sebuah studi menemukan multitasking lebih sering melanda lansia perempuan dan menyebabkan naiknya kasus mereka terjatuh dan patah tulang, secara signifikan.
7. Multitasking dapat membahayakan hubungan. Sudah jelas, sibuk bermain ponsel akan mengurangi kepuasan hubungan dengan pasangan.
8. Multitasking meningkatkan stres kronis. Sebuah studi pada mahasiswa menemukan bahwa siswa yang sering multitasking, memiliki skor stres lebih tinggi dibanding mahasiswa yang tidak sering multitasking.
9. Multitasking meningkatkan depresi dan kecemasan sosial. Hal ini diungkapkan dalam sebuah penelitian yang mengevaluasi hubungan antara multitasking, penggunaan media, dan kesehatan emosional.
10. Multitasking membuat seseorang kurang produktif dan kurang efisien. Ini karena fokus saat mengerjakan sesuatu hal berkurang banyak akibat adanya distraksi dan interupsi. (Yayan – www.harianindo.com)