Durham – Semakin tua, Anda semakin jarang anda menguap. Hal tersbeut diungkapkan sebuah studi Duke University in Durham, North Carolina, Amerika Serikat, yang dilansir dari BBC pada Senin (31/5/2016).
Penelitian tersebut mengungkapkan, intensitas menguap seseorang berkaitan erat dengan umur. Faktor tersebut lebih besar mempengaruhi daripada dengan kelelahan dan empati.
Para peneliti saat ini sedang mencari fakta-fakta tentang anggapan bahwa menguap itu ”menular”, yang bila benar, kemungkinan bisa digunakan untuk terapi membantu penderita kelainan mental. Karena penelitian mengatakan bahwa penderita autisme dan schizophrenia lebih jarang menguap. Peneliti memperkirakan bahwa bila misteri menguap “menular” tadi terpecahkan, maka kemungkinan bisa membuka sebuah jalan baru untuk teknik perawatan maupun penyembuhan masalah mental tadi.
Dalam sebuah studi yang hasilnya dipublikasikan lewat jurnal Plos One, sejumlah 328 orang partisipan diperlihatkan sebuah video berdurasi tiga menit yang memperlihatkan orang menguap. Partisipan tersebut diinstruksikan untuk memencet tombol tiap kali mereka “ikut” menguap.
Secara umum, 68% partisipan ikut menguap. 82% partisipan yang berusia 25 tahun ke bawah menguap, 60% di antara 25 sampai 49 tahun menguap, dan 41% di atas usia 50 menguap.
Asisten profesor kedokteran dari Duke University, Dr. Elizabeth Cirulli, yang memimpin penelitian ini, mengatakan bahwa studi ini adalah studi pertama di bidang ini, yang mempertimbangkan begitu banyak faktor. Studi ini merupakan studi yang terbesar (di bidangnya), bila melihat dari jumlah orang yang terlibat di dalamnya. Adapun terkait hasilnya, Dr. Cirulli tidak mengetahui mengapa menguap bisa menulari orang lain. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)