Jakarta – Seorang pengguna Facebook dengan akun bernama “Yusuf Muhammad” menuliskan pengalamannya di jejaring sosial Twitter yang memberikan kritikan pedas kepada bakal calon Gubernur DKI Jakarta, Yusril Ihza Mahendra.
Yusuf Muhammad memberikan kritikan pedas sehingga akhirnya di-blok oleh akun Twitter Yusril. Berikut penuturan Yusuf Muhammad yang ia posting di Facebook pada Sabtu (26/3/2016) pada pukul 09:51 WIB.
AKHIRNYA SAYA DIBLOCK OLEH PROFESOR
“Kritikan ‘tajam’ akhirnya dibalas dengan pemblokiran.”
Itulah yang saya alami ketika sering mengkritisi seorang profesor hebat yang sempat membela pelaku illegal fishing di negeri ini.
Sangat disayangkan gelar profesor namun sikap dan mentalnya mirip seperti penjual Sprei dan buku yang gemar mintak sumbangan di facebook inisial “J”. Atas kemiripan itu maka saya tegaskan bahwa Anda mirip seorang profesor mental ‘karbitan’, layaknya buah yang dipaksa matang sebelum waktunya.
Mungkin kritikan saya terlalu ‘pedas’ sehingga saya diblock dan tidak dapat mengritiknya lagi melalui akun twitternya. Tapi asu dah lah saya cukup tau siapa dia sebenarnya.
Setiap pagi saya sering membaca berita. Namun betapa kaget saat saya membaca headline sebuah berita media online di Kompas yang menuliskan “Yusril: Kapasitas Wali Kota tetapi Jadi Presiden, Kacau Jadinya”.
Setelah saya baca isinya, ada statement yang kental bernuansa penuh ‘keangkuhan’ dan ‘merendahkan’ orang lain sehingga membuat saya jadi geli dan ingin ‘menampar’ balik mukanya melalui kritikan saya di akun twitternya.
Berikut statement yang menggelikan dari seorang profesor kelas kakap ‘pembela’ pelaku illegal fishing ini.
“Jadi, kalau ada tokoh yang mampu memecahkan persoalan nasional dan dia mau turun memecahkan persoalan daerah, ya itu baik juga,” ujar Yusril. (Kompas Jumat, 25 Maret 2016)
“Yang tidak baik itu, kapasitas wali kota tetapi jadi presiden, misalnya. Itu sudah kacau tuh jadinya. He-he-he,” kata Yusril. (Kompas Jumat, 25 Maret 2016 )
Lucu memang jika membaca statement di atas. Mungkin Yusril gak punya kaca di rumah, sehingga tdk dpt bercermin dan melihat dirinya yg sebenarnya saat ini seperti apa.
Dari eks menteri ngotot ingin menjadi kepala daerah, apa itu bukan turun level? Sedangkan yang dari walikota menjadi Presiden, apakah itu bukan naik level?
Perlu Anda tahu prof, untuk melihat atau menilai siapa yang memiliki kapasitas itu adalah rakyat. Saat ini jelas kapasitas dan level Anda sedang turun. Mungkin level Anda akn terus turun hingga ke level kecamatan atau kelurahan.
Sepertinya Anda perlu belajar dari seorang walikota yg bisa jadi Presiden. Bahwa untuk menjawab kritikan Ia cukup membalas dengan hasil kerja, bukan dengan pemblokiran seperti yg dilakukan oleh penjual Sprei yg gemar mintak sumbangan.
Ingat prof, apa yang Anda lakukan itu sungguh sangat memalukan! Maaf jika kritikan saya terlalu ‘pedas’ prof. Kini saya tau, ternyata mental Anda tidak sekuat mental walikota dan presiden yg Anda bicarakan di depan media.
(Yayan – www.harianindo.com)