Jakarta – Selama beberapa generasi, masyarakat kita dipertunjukkan dengan budaya berciuman melalui film, lagu, dan seni. Berciuman sering dianggap sesuatu yang alami dan intim, namun kenyataannya tidak semua budaya nyaman dengan cara tersebut.
Justin Garcia, ilmuwan studi dari Kinsey Institute di Indiana University, menemukan fakta lain tentang berciuman dari penelitian pada 168 budaya dunia. Ternyata kurang dari setengah budaya tersebut yang familiar dengan ciuman (kontak bibir) romantis atau seksual.
“Di awal, kami berhipotesis bahwa beberapa budaya tidak melakukan ciuman atau menganggap ini sebagai pamer keintiman yang aneh. Kemudian kami dikejutkan dengan fakta bahwa banyak budaya yang demikian. Ini menjadi pengingat bahwa etnosentrisme Barat benar-benar telah mengubah cara pandang kebiasaan manusia secara umum,” tuturnya, seperti dikutip dari Health24, Kamis (10/9/2015).
Ciuman romantis ditemukan umum di Timur Tengah, di mana 10 budaya yang dipelajari terlibat di dalamnya. Di Amerika Utara, 55 persen dari budaya yang diteliti biasa dengan ciuman romantis, bersama dengan 70 persen budaya di Eropa dan 73 persen di Asia.
Tapi tidak ada bukti ciuman romantis di Amerika Tengah, dan tidak ada ahli etnografi yang meneliti ini pada masyarakat Sub-Sahara Afrika, New Guinea, atau Amazon.
Ciuman, pada manusia, ditemukan sebagai fungsi untuk mempelajari lebih lanjut tentang pasangan, seperti untuk menemukan chemistry atau mungkin untuk menilai kesehatan melalui rasa dan bau. Dalam beberapa cara, berciuman juga bisa membantu menilai kecocokan dengan satu sama lain, kata Garcia. (Dwi Kristyowati – www.harianindo.com)