Dalam sebuah statement yang dipublikasikan oleh Kremlin, Presiden Putin mengatakan bahwa untuk mewujdukan rencana damai tersebut, maka pihak Kiev harus memulai negosiasi dan berkompromi dengan kelompok separatis pro-Rusia. Mereka harus mampu menyusun sebuah rencana bersama yang layak, realitis, serta adil.
Presiden Putin juga bereaksi mengenai gencatan senjata sepihak selama seminggu yang dilakukan oleh pasukan Pemerintah Ukraina. Dirinya menyampaikan bahwa gencatan senjata ini jangan digunakan sebagai ultimatum.
Perkembangan terbaru mengatakan bahwa Jumat malam (20/6) bentrokan kembali terjadi di Timur Ukraina. Kelompok separatis menyerang tiga pos pasukan pemerintah di Donetsk dan Luhansk. Pos-pos tersebut ditembaki dengan roket dan mortar. Dalam serangan tersebut, enam pasukan penjaga perbatasan terluka.
Masih di Donetsk, penyerang juga menembaki pasukan pemerintah di luar Lapangan Udara Kramatorsk. Pasukan Ukraina pun menembak balik, sampai akhirnya serangan pun berhasil dipukul balik. Kelompok separatis mengklaim bahwa pasukan pemerintah-lah yang pertama kali melanggar gencatan senjata tersebut.
Menurut Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, gencatan senjata ini dilakukan untuk memberikan waktu kepada kelompok separatis pro-Rusia memilih opsi pelucutan senjata. Adapun pemimpin pemberontak di Donetsk, Pavel Gubarev, mengatakan bahwa di wilayahnya tidak terjadi gencatan senjata apapun. Baku tembak masih terjadi, dan gencatan senjata yang disampaikan presiden hanyalah kepalsuan. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)