Kunjungan yang pertama kali dilakukannya setelah menjabat presiden ini dilakukan pada Jumat kemarin (19/6). Dalam kunjungan tersebut, Presiden Poroshenko berbincang dengan masyarakat di Kota Sviatohirsk, yang berlokasi di sebelah Utara Kota Sloviansk yang telah dikuasai oleh militan pro-Rusia.
Presiden Poroshenko mengatakan bahwa meski medeklarasikan gencatan senjata, bukan berarti pasukan Ukraina akan diam saja bila mendapat serangan dari separatis. Tujuang lain gencatan senjata ini juga memberikan kesempatan kepada para militan untuk memikirkan opsi pelucutan senjatanya.
Gencatan senjata ini juga dianggap sebagai langkah awal untuk pendekatan damai untuk menyelesaikan krisis persatuan di Ukraina ini. Jika dalam seminggu ini tidak ada dari perkembangan dan itikat baik dari kelompok separatis, maka langkah keras akan kembali dilanjutkan.
Untuk memantau gencatan senjata ini, Presiden Poroshenko mengundang Organization for Security adn Co-operation in Eruope. Adapun pihak Moskow menganggap bahwa apa yang disampaikan Presiden Poroshenko tersebut bukan merupakan himbauan baik-baik, namun lebih mengarah kepada ultimatum.
Gencatan senjata sepihak dari Pemerintah Ukraina ini dijalankan beberapa hari setelah perbincangan telepon yang kedua kalinya antara Presiden Poroshenko dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk membicarakan rencana damai. Poin penting dalam rencana itu antara lain pemberian kekuasaan secara desentralisasi (otonomi daerah) dan penyelenggaraan pemilihan umum parlemen di wilayah-wilayah tersebut. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)