Moscow – Rusia telah mengumumkan kewaspadaannya terhadap peningkatan aktivitas militer Amerika Serikat bersama Nato. Seperti dilansir dari BBC (Selasa, 19/4/2014), aadapun aktivitas militer tersebut terjadi di sekitar perbatasan Rusia.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, mengekspresikan perasaan prihatin dan waspadanya kepada Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel, dalam sebuah percakapan telepon. Pihak AS sendiri mengatakan bahwa penerjunan personil militer AS tersebut bertujuan untuk meyakinkan mereka tentang keamanan anggota Nato. Kehadiran tentara AS di sana seakan menandakan bahwa negara mereka “aman dari Rusia”.
Shoigu mengatakan bahwa dirinya telah berbincang lewat telepon dengan Hagel selama kurang lebih satu jam. Dirinya menyampaikan perasaannya bahwa langkah AS bersama Nato tersebut menyiratkan sebuah bentuk aksi provokatif untuk meredam Rusia. Shoigu juga mengatakan bahwa tentara Rusia yang sempat mengadakan latihan di sekitar perbatasan dengan Ukraina telah kembali ke “posisi permanen” mereka. Namun demikian, Shoigu tidak menyebutkan detail mengenai jumlah kekuatan Rusia yang masih tinggal di wilayah perbatasan. Diperkirakan sekitar 40.000 personil masih berada di wilayah tersebut.
Pentagon mengatakan bahwa Shoigu telah menegaskan bahwa Rusia sama sekali tidak berniat melakukan invasi terhadap Rusia. Hagel juga mengatakan kepada Shoigu bahwa aksi lebih jauh Rusia akan memicu tekanan diplomatik dan ekonomi yang lebih berat.
Adapun pihak AS telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia terkait krisis di Ukraina. Sanksi tersebut dikenakan kepada tujuh warganegara dan 17 perusahaan Rusia yang menurut Washington berada pada “lingkar dalam” Presiden Rusia, Vladimir Putin, serta memiliki kaitan dengan krisis Ukraina. Pihak Uni Eropa juga menjatuhkan sanksi kepaa 15 orang warganegara Rusia, yang namanya akan diumumkan hari ini, Selasa 29 April 2014. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)