Kiev – Aksi anarkis massa pro-Rusia makin merajalela. Tidak mempedulikan peringatan dari pemerintah Ukraina, kelompok serangan pro-Rusia justru semakin menyebar di wilayah timur. Seperti dilansir dari BBC (Senin, 14/4/2014), kabar terbaru mengatakan bahwa giliran kota Horlivka, yang berada di dekat Donetsk, juga telah mengambil alih gedung pemerintahan di sana.
Presiden Sementara Ukraina, Olexander Turchynov, mengisyaratkan dukungan untuk melakukan referendum nasional di Ukraina. Dirinya mengungkapkan bahwa pihak Kiev “tidak menentang” adanya kemungkinan voting di masa depan, sesuai dengan permintaan untama dari kelompok pemrotes.
Meski peringatan tidak digubris, otoritas Ukraina tetap mempersiapkan operasi anti terorisnya terkait ultimatum yang telah mereka lontarkan kepada militan pro-Rusia sebelumnya. Hal tersebut ditujukan untuk “mentertibkan” kelompok pro-Rusia yang bersenjata api di Sloviansk, yang berhasil merebut gedung kantor puat kepolisian, dan beberapa kawasan lainnya.
Presiden Turchynov mengatakan pula bahwa dirinya telah meminta bantuan PBB untuk mensukseskan operasi ini. Namun demikian, hal tersebut akan sulit terwujud karena adanya hak veto dari Rusia, yang secara tegas menentang penyelesaian menggunakan kekerasan.
Perkembangan lain terkait krisis Ukraina antara lain
• Rusia membantah keterlibatan agen mereka dalam aksi kekerasan di berbagai wilayah di timur Ukraina
• Vitaly Tsyhanok, kepala operasi anti teror Ukraina, telah diberhentikan dari posisinya setelah banyaknya kritik mengenai bagaimana Kiev merespon masalah ini
• Pejabat Ukraina mengatakan bahwa pemerintah tidak mendeklarasikan keadaan darurat nasional terhadap masalah ini, karena hal tersebut akan membuat pemilu presiden pada 25 Mei nanti harus ditunda
• Inggris menghimbau Uni Eropa untuk sepakat menjatuhkan sanksi lebih jauh terhadap Rusia, terkait krisis di Ukraina yang kembali meninggi, meski sempat mereda beberapa waktu lalu.
(Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)