Moscow – Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah memperingatkan pemimpin Eropa bahwa tertundanya pembayaran Ukraina atas minyak dari Rusia akan menciptakan “situasi genting”. Seperti dilansir dari BBC (Kamis, 10/4/2014), jaringan pipa yang melintasi Ukraina mengirimkan minyak dari Rusia menuju beberapa negara di Uni Eropa. Ketegangan yang terjadi di Eropa saat ini, terkait krisis Ukraina, bisa memicu kelangkaan suplai minyak.
Telah diberitakan sebelumnya bahwa aktivis pro-Rusia telah mengambil alih kendali gedung pemerintahan di tiga kota di wilayah timur Ukraina, yakni Donestsk, Luhansk, dan Kharkiv. Berita terbaru mengatakan bahwa massa di Kharkiv telah meninggalkan gedung pemerintahan dan situasi mulai terkendali, namun ketegangan masih terjadi di dua kota lainnya.
Terkait kejadian ini, badan hal asasi manusia Eropa telah melucuti hak voting Rusia. The Parliament Assembly of Council of Europe (PACE) telah memonitor keadaan HAM di 47 negara anggotanya, termasuk Ukraina dan Rusia. Protes terhadap aneksasi Crimea oleh Rusia dari Ukraina bulan lalu telah membuat PACE menangguhkan segala hak voting dan partisipasi Rusia. Perwakilan Rusia di badan ini, Alexei Pushkov, mendeskripsikan hukuman ini sebagai lelucon.
Kembali bicara masalah minyak, perusahaan minyak negara Rusia, Gazprom, mengatakan bahwa Ukraina telah berhutang untuk suplai minyaknya sebesar $2 miliar (Rp 22,6 triliun). Gazprom mengatakan pada Rabu kemarin (9/4), bahwa kemungkinan pihaknya akan meminta pembayaran uang muka dari Kiev untuk minyak yang mereka dapatkan. Namun demikian, Presiden Putin mengatakan bahwa perusahaan itu lebih baik menunda pembicaraan dengan “partnernya” – sebuah pengistilahan yang kemungkinan ditujukan tidka hanya kepada Ukraina, tapi juga Uni Eropa.
Dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada pemimpin-pemimpin Eropa, Presiden Putin mengatakn bahwa situasi yang genting ini bisa berdampak kepada pasokan minyak ke Eropa. Lebih lanjut, surat tersebut mengatakan bahwa jika Ukraina tidak segera melunasi tagihan energinya, maka Gazprom terpaksa harus meminta pembayaran uang muka. Dan bila hal tersebut pun tidak dilakukan, maka Gazprom akan secara penuh ataupun sebagian menghentikan suplai minyaknya.
Presiden Putin menegaskan bahwa Rusia siap bersedia untuk berpartisipasi dalam usaha untuk menstabilkan dan mengembalikan kondisi ekonomi Ukraina, namun harus dengan prinsip kesetaraan dengan Uni Eropa. Putin juga mengingatkan bahwa Rusia telah mensubsidi Ukraina dengan minyak berharga murah. Pihak Eropa-lah yang berusaha untuk mengeksploitasi material mentah milik Ukraina dan memperparah defisit di negara tersebut. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)