Moscow – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, membantah adanya kabar keterlibatan Rusia terkait kerusuhan yang terjadi di wilayah Ukraina baru-baru ini. Seperti dilansir dari BBC (Senin, 7/4/2014), dalam sebuah artikel yang dimuat oleh koran Inggris, Guardian, Lavrov juga menuduh bahwa pihak Barat-lah yang sengaja mencoba memperpanas keadaan, dengan pemberitaan dan tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepada Rusia.
Lavrov memohon untuk menghentikan segala tudingan kepada Rusia terhadap seluruh kejadian dan masalah yang terjadi pada “Ukraina baru”. Lavrov juga mengatakan bahwa pihak Kementerian Luar Negeri Rusia saat ini tengah mengamati apa yang terjadi di wilayah timur Ukraina, terutama di Donetsk, Luhansk, dan Kharkiv, tiga kota dimana terjadi kerusuhan. Dirinya juga menegaskan kembali saran Rusia tentang pembentukan pemerintahan baru berbentuk federasi untuk Ukraina, dengan pemberian kekuasaan/otonomi daerah yang lebih luas kepada masing-masing provinsi.
Sementara itu, dikabarkan bahwa polisi berhasil membersihkan gedung pemerintahan dari para demonstran pro-Rusia di wilayah Kharkiv, namun di wilayah Luhansk, justru pemrotes yang berhasil menahan senjata milik petugas keamanan.
Presiden Sementara Ukraina, Oleksander Turchynov, mengatakan bahwa kerusuhan ini merupakan upaya Rusia untuk memecah-belah Ukraina. Berbicara pada stasiun TV nasional, Presiden Turchynov mengatakan bahwa kejadian ini merupakan gelombang kedua dari operasi Rusia untuk menggoyahkan Ukraina, meruntuhkan pemerintahan, dan mengganggu pemilu yang telah direncanakan. Adapun dirinya membatalkan kunjungan ke Lithuania untuk mengatasi masalah baru ini.
Respon senada juga disampaikan oleh Perdana Menteri Sementara Ukraina, Arseniy Yatsenyuk. Dia menyalahkan Rusia atas kejadian ini, mengatakan bahwa rencana Rusia adalah untuk men-destabilisasi situasi, sehingga situasi semakin kacau dan tidak aman, dan dengan alasan itu, Rusia akan menggerakkan tentaranya di perbatasan untuk masuk ke wilayah Ukraina. Hal tersebut tentu tidak akan dibiarkan oleh pemerintah baru Ukraina.
Salah satu kandidat presiden Ukraina, Yulia Tymoshenko, yang pada hari Senin kemarin berada di Donetsk, juga mengatakan hal serupa. Dia menuduh bahwa kelompok aktivis pro-Rusia yang melakukan aksi anarkis kemarin tersebut dimotori oleh Dinas Rahasia Rusia. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)